Guru itu
ibarat seorang pedagang, dimana mustahil seorang pedagang itu tidak
memiliki modal. Seseorang yang sudah memutuskan untuk jadi pedagang, tentu dia
harus mempersiapkan dirinya sedemikian rupa, baik fisik, mental maupun
materialnya. Begitu juga seorang guru. Ketika dia memutuskan untuk menjadi
guru, mau tidak mau, suka ataupun tidak suka dia harus memiliki modal sebagai
seorang guru. Pada tulisan ini penulis akan memaparkan modal apa yang harus
dimiliki oleh seorang guru.
Tidak dapat
dimungkiri bahwa kadang- kadang masyarakat menuntut secara amat
berlebihan kepada para pejuang tanpa tanda jasa ini. Makanya apabila ada
seorang oknum guru yang melakukan penyimpangan, vonis masyarakat selalu lebih
berat disbanding apabila penyimpangan tersebut dilakukan oleh oknum dari
profesi lain. Padahal guru adalah manusia biasa , yang tak luput dari
kesalahan.
Di tengah
polemic yang tak berkesudahan itu, seorang guru dituntut untuk meiliki
kelebihan- kelebihan. Sebab, tugas dan tanggungjawabnya sebagai pencerdas anak
bangsa sekarang ini jauh lebih berat disbanding tahun- tahun yang sudah
berlalu. Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar saja,
tetapi juga harus memilki kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan yang
dimiliki peserta didiknya.
Pada
kesempatan ini penulis akan menjawab pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan
oleh banyak orang, baik calon guru, guru, ataupun dari yang lainnya, yang
bunyinya kira- kira begini : “ Sebenarnya modal dasar apa saja yang harus
dimiliki oleh seorang guru agar benar- benar mampu menjadi terdepan dalam
perubahan zaman?”. Berikut ini adalah sejumlah kriteria sebagai bahan
pertimbangan bagi calon guru maupun guru agar mampu tampil maksimal di depan
peserta didiknya:
1.
Kecerdasan spiritual yang memadai.
Guru digugu
dan ditiru. Sebuah idiom yang melambangkan betapa agungnya profesi seorang
guru. Kemuliaan itulah yang tidak bisa diterima masyarakat ketika ada oknum
guru yang mencemarkan nama baiknya. Karena tingginya penghormatan yang
diberikan kepadanya, maka guru harus berhati –hati dalam berbuat dan bertindak,
baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Masyarakat berharap
seorang guru itu merupakan sosok yang berada di atas rata- rata, sehingga ia
bukan saja menjadi guru bagi peserta didiknya di sekolah, tetapi yang
paling penting adalah dia mampu menjadi guru buat dirinya sendiri.
2. Kecerdasan Emosinya Cukup.
Kemampuan
emosional merujuk pada kecakapan untuk mengelola batinnya sendiri dan batin
peserta didiknya serta kemampuan untuk memberikan motivasi, baik kepada
dirinya, maupun kepada peserta didiknya. Fokus utamanya adalah bagaimana
seorang guru mampu mengelola emosinya sendiri. Kemampuan mengelola emosi ini
sangat penting agar ia bisa tampil di depan peserta didiknya sebagai guru yang
bijaksana.
Kita tahu
mendidik itu bukan saja berarti mengajar anak- anak untuk memiliki kecerdasan
intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual dan emosional. Disamping otaknya
pandai dan mampu mengendalikan diri, seorang guru juga harus memiliki keimanan
dan ketakwaan yang kuat kepada Allah SWT. Pada prinspnya mendidik itu adalah
mencetak generasi muda penerus bangsa menjadi manusia yang utuh baik lahir
maupun batinnya. Ada seorang guru yang cukup cerdas baik spiritual maupun
intelektualnya, namun ia tidak memiliki keterampilan untuk mengelola batin
peserta didiknya dengan baik, sehingga yang terlontar dari mulutnya adalah
keluhan keluhan tentang peserta didiknya. Seorang guru yang memiliki kecerdasan
emosional yang cukup akan terlihat jelas dari cara dia menghadapi peserta
didiknya, yakni sabar dan bijaksana.
3. Kecerdasan Intelektualnya Lumayan.
Seorang guru
harus mampu menguasai bidang yang diampunya, dan selalu tanggap terhadap
perkembangan baru terutama yang berkaitan dengan bidangnya. Mendidik itu adalah
seni, seni itu dinamis bukan statis. Seorang guru seharusnya selalu berusaha
mengembangkan kemampuannya agar menemukan kreasi dan inovasi baru demi peserta
didiknya. Seorang guru tidak boleh cepat merasa puas dengan apa yang telah ia
lakukan dan terhadap prestasi yang dia capai. Dia harus memilki gagasan-
gagasan baru demi meningkatkan kecerdasan peserta didiknya.
Kecerdasan
intelektual ini akan menempatkan dirinya sebagai sosok yang punya daya tarik
tersendiri bagi peserta didiknya.Peserta didik merasa senang mengikuti apa yang
diajarkannya, karena ia dianggap mampu dan menguasai bidangnya.
4. Memiliki Kemampuan Berbicara.
Kemampuan
berbicara adalah salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Seorang guru tidak hanya sekedar pandai, tetapi juga harus mampu memberikan
pembelajaran kepada peserta didiknya dengan baik di depana kelas. Banyak
guru yang pandai,namun tidak disukai oleh peserta didiknya, lantaran cara dia
menyampaikan pelajaran yang tidak berkenan di hati mereka. Ada guru yang
terlalu cepat berbicara, sehingga peserta didiknya hanya mendengar sepotong-
sepotong. Ada pula guru yang mengajarnya bertele- tele, sehingga membosankan.
Peserta didik banyak yang mengantuk, tidak focus dan berharap pembelajaran
cepat berakhir dan gurunya keluar ruangan. Ada lagi guru yang terlalu santai,
sehingga terkesan lebih banyak melawaknya daripada mengajar.
5. Sabar Menghadapi Peserta Didiknya.
Peserta
didik datang ke sekolah dengan bermacam- macam karakteristik. Mereka datang ke
sekolah dari berbagai latar belakang keluarga, yang tidak mungkin sama
antara satu dengan yang lainnya. Ada peserta didik yang perilakunya
menyimpang, di sisi lain ada pula peserta didik yang daya tangkapnya lemah, ada
juga yang terlalu kritis dan lain- lain.
Semua ini
merupakan masalah sehari- hari bagi seorang guru yang harus dihadapi dengan
penuh kesabaran. Untuk itu, maka seorang guru harus mempunyai jiwa yang matang.
Mampu berpikir dewasa dan sabar dalam menghadapi kendala apapun yang
menghalangi tugas- tugasnya.
6. Telaten Dalam Membimbing Peserta Didiknya.
Semua guru
pasti ingin selalu dirindukan oleh peserta didiknya. Ingin menciptakan
kedamaian di hati peserta didiknya. Bukan kecantikan atau ketampanan seorang
yang membuat peserta didik merasa nyaman, tapi ketelatenan guru itulah yang
membuat siswa selalu terkesan dengan gurunya. Seorang guru tidak boleh merasa
bosan dalan membimbing peserta didiknya, karena daya tangkap anak bermacam-
macam, ada yang cepat dan ada yang lambat. Kalau peserta didik yang cepat tentu
tidak ada masalah, tapi kalau peserta didik yang lambat, sangat diperlukan
ketelatenan guru dalam membimbingnya, agar mereka mendapatkan hasil
pembelajaran yang maksimal.
7. Memiliki kedisiplinan Yang Tinggi.
Disiplin
merupakan factor penting dalam pembentukan karakter peserta didik.
Profesionalisme seorang guru bisa diukur dari tingkat kedisiplinannya dalam
menjalani profesinya. Disiplin bukan hanya terbatas kepada waktu saja, namun
juga menyangkut perilaku yang lain seperti kerapihan dalam berpakaian, memarkir
kendaraannya di tempat parkir yang telah ditentukan dan sebagai guru yang
memiliki disiplin tinggi akan berupaya datang ke sekolah tepat waktu.
Disiplin
merupakan suatu keniscayaan, yang harus melekat pada diri seorang guru.
Menjalani profesi sebagai seorang guru harus memiliki tanggungjawab yang
tinggi. Betapa besar kerugian yang harus ditanggung oleh Negara dan peserta
didik kalau ada guru yang mangkir dari tugasnya tanpa alasan yang jelas?
Seorang guru sebaiknya mengajari dirinya sendiri untuk berdisiplin tinggi
sebelum menyampaikan tentang kedisiplinan kepada peserta didiknya.
8. Komunikatif.
Guru itu
sama dengan artis yang menyampaikan pesan kepada penontonnya. Seorang pemain
sinetron atau pemain film yang mendapatkan peran yang melankolis, maka dia
benar- benar sedih dan penonton pun hanyut dengan kesedihan itu. Begitu juga
kalau seorang artis mendapatkan peran antagonis, maka penontonpun ikut marah
melihatnya. Itulah artis yang komunikatif. Seorang guru dituntut komunikatif
dengan peserta didiknya. Ia harus berusaha menghilangkan kesenjangan psikologis
yang biasanya menjadi penghambat hubungan antara guru dan peserta didik. Guru
yang komunikatif akan dirasakan oleh peserta didiknya bahwa apa yang
disampaikan gurunya diserap dengan baik, karena penyampaian guru tersebut
sangat menarik menurut mereka. Peserta didik akan merasa sangat rugi kalau
mereka tidak datang atau guru tersebut berhalangan hadir.
9. Memiliki Kepekaan dan Kepedulian.
Kalau dicari
di buku pedoman pembelajaran, memang tidak akan ditemukan kamus kepedulian.
Namun seorang guru bukan hanya mengajar dengan berpedoman pada aturan yang ada,
tapi secara moral mereka bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan peserta
didiknya..
10. Memiliki Jiwa Pendidik.
Seorang guru
tentunya harus memiliki jiwa pendidik. Berbeda dengan profesi lain yang
mengelola benda- benda mati, tugas guru lebih berat, karena guru berhadapan
langsung dengan manusia, yang dalam hal ini adalah peserta didiknya. Guru
mempunyai kewajiban mengelola potensi peserta didiknya yang semula tidak banyak
tahu menjadi tahu segalanya. Jiwa pendidik harus dimiliki oleh seorang guru,
karena amanah yang menjadi tanggungjawabnya bukan main beratnya. Namun penulis
juga yakin bahwa jiwa pendidik ini bisa ditumbuhkan. Kadang- kadang ada orang
yang awalnya tidak bisa menikmati perannya sebagai guru, lama kelamaan merasa
susah untuk meninggalkan profesi itu. Pertanyaan sekarang “ Sudahkah anda semua
para guru memilki jiwa pendidik?”. Kalau belum, apa yang mendorong anda untuk
menjadi guru? Sekedar tuntutan perut atau ada factor yang lebih mulia dari itu?
Hanya anda sendidilah yang bisa menjawabnya.
Sumber ; Edriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar