Rabu, 28 Desember 2016

Tumpuan Dasar Untuk Menjadi Seorang Guru



Guru itu ibarat seorang pedagang, dimana mustahil seorang pedagang itu  tidak memiliki modal. Seseorang yang sudah memutuskan untuk jadi pedagang, tentu dia harus mempersiapkan dirinya sedemikian rupa, baik fisik, mental maupun materialnya. Begitu juga seorang guru. Ketika dia memutuskan untuk menjadi guru, mau tidak mau, suka ataupun tidak suka dia harus memiliki modal sebagai seorang guru. Pada tulisan ini penulis akan memaparkan modal apa yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Tidak dapat dimungkiri bahwa kadang- kadang  masyarakat menuntut secara amat berlebihan kepada para pejuang tanpa tanda jasa ini. Makanya apabila ada seorang oknum guru yang melakukan penyimpangan, vonis masyarakat selalu lebih berat disbanding apabila penyimpangan tersebut dilakukan oleh oknum dari profesi lain. Padahal guru adalah manusia biasa , yang tak luput dari kesalahan.
Di tengah polemic yang tak berkesudahan itu, seorang guru dituntut untuk meiliki kelebihan- kelebihan. Sebab, tugas dan tanggungjawabnya sebagai pencerdas anak bangsa sekarang ini jauh lebih berat  disbanding tahun- tahun yang sudah berlalu. Seorang guru tidak cukup hanya memiliki kemampuan mengajar saja, tetapi juga harus memilki kemampuan lain agar selalu tidak kalah dengan yang dimiliki peserta didiknya.
Pada kesempatan ini penulis akan menjawab pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan oleh banyak orang, baik calon guru, guru, ataupun dari yang lainnya, yang bunyinya kira- kira begini : “ Sebenarnya modal dasar apa saja yang harus dimiliki oleh seorang guru agar benar- benar mampu menjadi terdepan dalam perubahan zaman?”.  Berikut ini adalah sejumlah kriteria sebagai bahan pertimbangan bagi calon guru maupun guru agar mampu tampil maksimal di depan peserta didiknya:

1.      Kecerdasan spiritual yang memadai.

Guru digugu dan ditiru. Sebuah idiom yang melambangkan betapa agungnya profesi seorang guru. Kemuliaan itulah yang tidak bisa diterima masyarakat ketika ada oknum guru yang mencemarkan nama baiknya. Karena tingginya penghormatan yang diberikan kepadanya, maka guru harus berhati –hati dalam berbuat dan bertindak, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat. Masyarakat berharap seorang guru itu merupakan sosok yang berada di atas rata- rata, sehingga ia bukan saja  menjadi guru bagi peserta didiknya di sekolah, tetapi yang paling penting adalah dia mampu menjadi guru buat dirinya sendiri.

2.      Kecerdasan Emosinya Cukup.

Kemampuan emosional merujuk pada kecakapan untuk mengelola batinnya sendiri dan batin peserta didiknya serta kemampuan untuk memberikan motivasi, baik kepada dirinya, maupun kepada peserta didiknya. Fokus utamanya adalah bagaimana seorang guru mampu mengelola emosinya sendiri. Kemampuan mengelola emosi ini sangat penting agar ia bisa tampil di depan peserta didiknya sebagai guru yang bijaksana.
Kita tahu mendidik itu bukan saja berarti mengajar anak- anak untuk memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan spiritual dan emosional. Disamping otaknya pandai dan mampu mengendalikan diri, seorang guru juga harus memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat kepada Allah SWT. Pada prinspnya mendidik itu adalah mencetak generasi muda penerus bangsa menjadi manusia yang utuh baik lahir maupun batinnya. Ada seorang guru yang cukup cerdas baik spiritual maupun intelektualnya, namun ia tidak memiliki keterampilan untuk mengelola batin peserta didiknya dengan baik, sehingga yang terlontar dari mulutnya adalah keluhan keluhan tentang peserta didiknya. Seorang guru yang memiliki kecerdasan emosional yang cukup akan terlihat jelas dari cara dia menghadapi peserta didiknya, yakni sabar dan bijaksana.

3.      Kecerdasan Intelektualnya Lumayan.

Seorang guru harus mampu menguasai bidang yang diampunya, dan selalu tanggap terhadap perkembangan baru terutama yang berkaitan dengan bidangnya. Mendidik itu adalah seni, seni itu dinamis bukan statis. Seorang guru seharusnya selalu berusaha mengembangkan kemampuannya agar menemukan kreasi dan inovasi baru demi peserta didiknya. Seorang guru tidak boleh cepat merasa puas dengan apa yang telah ia lakukan dan terhadap prestasi yang dia capai. Dia harus memilki gagasan- gagasan baru demi meningkatkan kecerdasan peserta didiknya.
Kecerdasan intelektual ini akan menempatkan dirinya sebagai sosok yang punya daya tarik tersendiri bagi peserta didiknya.Peserta didik merasa senang mengikuti apa yang diajarkannya, karena ia dianggap mampu dan menguasai bidangnya.

4.      Memiliki Kemampuan Berbicara.

Kemampuan berbicara adalah salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang guru. Seorang guru tidak hanya sekedar pandai, tetapi juga harus mampu memberikan pembelajaran kepada peserta didiknya dengan baik  di depana kelas. Banyak guru yang pandai,namun tidak disukai oleh peserta didiknya, lantaran cara dia menyampaikan pelajaran yang tidak berkenan di hati mereka. Ada guru yang terlalu cepat berbicara, sehingga peserta didiknya hanya mendengar sepotong- sepotong. Ada pula guru yang mengajarnya bertele- tele, sehingga membosankan. Peserta didik banyak yang mengantuk, tidak focus dan berharap pembelajaran cepat berakhir dan gurunya keluar ruangan. Ada lagi guru yang terlalu santai, sehingga terkesan lebih banyak melawaknya daripada mengajar.

5.      Sabar Menghadapi Peserta Didiknya.
                                                        
Peserta didik datang ke sekolah dengan bermacam- macam karakteristik. Mereka datang ke sekolah dari berbagai latar belakang keluarga, yang tidak mungkin sama antara  satu dengan yang lainnya. Ada peserta didik yang perilakunya menyimpang, di sisi lain ada pula peserta didik yang daya tangkapnya lemah, ada juga yang terlalu kritis dan lain- lain.
Semua ini merupakan masalah sehari- hari bagi seorang guru yang harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Untuk itu, maka seorang guru harus mempunyai jiwa yang matang. Mampu berpikir dewasa dan sabar dalam menghadapi kendala apapun yang menghalangi tugas- tugasnya.

6.      Telaten Dalam Membimbing Peserta Didiknya.

Semua guru pasti ingin selalu dirindukan oleh peserta didiknya. Ingin menciptakan kedamaian di hati peserta didiknya. Bukan kecantikan atau ketampanan seorang yang membuat peserta didik merasa nyaman, tapi ketelatenan guru itulah yang membuat siswa selalu terkesan dengan gurunya. Seorang guru tidak boleh merasa bosan dalan membimbing peserta didiknya, karena daya tangkap anak bermacam- macam, ada yang cepat dan ada yang lambat. Kalau peserta didik yang cepat tentu tidak ada masalah, tapi kalau peserta didik yang lambat, sangat diperlukan ketelatenan guru dalam membimbingnya, agar mereka mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal.

7.      Memiliki kedisiplinan Yang Tinggi.

Disiplin merupakan factor penting dalam pembentukan karakter peserta didik. Profesionalisme seorang guru bisa diukur dari tingkat kedisiplinannya dalam menjalani profesinya. Disiplin bukan hanya terbatas kepada waktu saja, namun juga menyangkut perilaku yang lain seperti kerapihan dalam berpakaian, memarkir kendaraannya di tempat parkir yang telah ditentukan dan sebagai guru yang memiliki disiplin tinggi akan berupaya datang ke sekolah tepat waktu.

Disiplin merupakan suatu keniscayaan, yang harus melekat pada diri seorang guru. Menjalani profesi sebagai seorang guru harus  memiliki tanggungjawab yang tinggi. Betapa besar kerugian yang harus ditanggung oleh Negara dan peserta didik kalau ada guru yang mangkir dari tugasnya tanpa alasan yang jelas? Seorang guru sebaiknya mengajari dirinya sendiri untuk berdisiplin tinggi sebelum menyampaikan tentang kedisiplinan kepada peserta didiknya.

8.      Komunikatif.

Guru itu sama dengan artis yang menyampaikan pesan kepada penontonnya. Seorang pemain sinetron atau pemain film yang mendapatkan peran yang melankolis, maka dia benar- benar sedih dan penonton pun hanyut dengan kesedihan itu. Begitu juga kalau seorang artis mendapatkan peran antagonis, maka penontonpun ikut marah melihatnya. Itulah artis yang komunikatif. Seorang guru dituntut komunikatif dengan peserta didiknya. Ia harus berusaha menghilangkan kesenjangan psikologis yang biasanya menjadi penghambat hubungan antara guru dan peserta didik. Guru yang komunikatif akan dirasakan oleh peserta didiknya bahwa apa yang disampaikan gurunya diserap dengan baik, karena penyampaian guru tersebut sangat menarik menurut mereka. Peserta didik akan merasa sangat rugi kalau mereka tidak datang atau guru tersebut berhalangan hadir.

9.      Memiliki Kepekaan dan Kepedulian.

Kalau dicari di buku pedoman pembelajaran, memang tidak akan ditemukan kamus kepedulian. Namun seorang guru bukan hanya mengajar dengan berpedoman pada aturan yang ada, tapi secara moral mereka bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan peserta didiknya..

10.  Memiliki Jiwa Pendidik.

Seorang guru tentunya harus memiliki jiwa pendidik. Berbeda dengan profesi lain yang mengelola benda- benda mati, tugas guru lebih berat, karena guru berhadapan langsung dengan manusia, yang dalam hal ini adalah peserta didiknya. Guru mempunyai kewajiban mengelola potensi peserta didiknya yang semula tidak banyak tahu menjadi tahu segalanya. Jiwa pendidik harus dimiliki oleh seorang guru, karena amanah yang menjadi tanggungjawabnya bukan main beratnya. Namun penulis juga yakin bahwa jiwa pendidik ini bisa ditumbuhkan. Kadang- kadang ada orang yang awalnya tidak bisa menikmati perannya sebagai guru, lama kelamaan merasa susah untuk meninggalkan profesi itu. Pertanyaan sekarang “ Sudahkah anda semua para guru memilki jiwa pendidik?”. Kalau belum, apa yang mendorong anda untuk menjadi guru? Sekedar tuntutan perut atau ada factor yang lebih mulia dari itu? Hanya anda sendidilah yang bisa menjawabnya.

Sumber ; Edriati






Tidak ada komentar:

Posting Komentar