Minggu, 25 Desember 2016

Mengenal Panjang Maulid Nabi Muhammad SAW



Panjang mulud adalah tradisi masyarakat Banten di kalangan muslim saat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu tanggal 12 Rabiul Awal dalam tahun hijriah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Partisipasi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan ekspresi dari rasa keimanan, kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tradisi panjang mulud konon diwariskan sejak jaman Sultan Ageng Tirtayasa. Panjang Mulud adalah tempat untuk mengangkut makanan, yang dibagikan pada perayaan Maulid atau hari lahir Nabi Muhammad SAW, didalam panjang tersebut berisi berbagai macam makanan baik yang sudah matang ataupun belum. Seiring dengan berjalannya waktu, bentuk Panjang Mulud kini juga mengikuti perkembangan budaya.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sudah menjadi rutinitas bagi masyarakat Banten, khususnya di Kota Serang, dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW diselenggarakan Tradisi Panjang Mulud, atau diistilahkan juga dengan Ngeropok (ada juga dengan menyebut Ngegropok) Panjang Mulud. Tradisi ini berkembang dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat, diselenggarakan oleh masyarakat, baik di kampung-kampung, di perumahan secara sederhana, maupun menjadi even besar yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah setempat.
Arti dari Ngeropok atau Ngegropok sendiri secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai “Ngeriung” (kumpul-kumpul), atau juga ada yang menerjemahkan sebagai ajang rebutan dari “Panjang Mulud” itu sendiri. Sedangkan “Panjang Mulud” diartikan sebagai bentuk semacam sesajian.Panjang ini berisi dengan berbagai macam makanan dan barang, seperti baju, kain, peralatan masak, dan lain-lain. Bahkan ada beberapa daerah di Cilegon yang menghias “panjang” dengan uang, begitu pula dengan dareh serang yang menghias panjang tersebut dengan uang. Panjang di bentuk seperti masjid perahu, mobil, atau rumah, tetapi secara umum biasanya berbentuk perahu atau kapal, kemudian dihias, baik dari kertas warna, daun kelapa muda, atau kain-kain perca.
Ciri khas dari isi Panjang adalah selalu ada telur rebus, dengan menghias telur yang sudah direbus dengan kertas krep dibentuk menjadi bunga atau bentuk bentuk yang lain. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong terbuat dari kertas sebesar telur itu sendiri, kemudian digantung-gantungkan dalam rangkaian Panjang.
Rebutan “Panjang”
Pada saat tiba hari perayaan, semua “panjang” yang sudah dihias dikumpulkan di masjid. Para pedzikir sudah berkumpul di masjid untuk menyenandungkan puji-pujian kepada Allah SWT. Setelah dzikir selesai, “panjang” diarak keliling kampung diiringi tabuhan rebana kemudian kembali lagi ke masjid. Setelah itu beberapa “panjang” diberikan kepada warga untuk diperebutkan. Adapun “panjang” yang lain diberikan kepada para pedzikir sebagai ucapan terima kasih. Dikarenakan setiap kampung memiliki tanggal yang berbeda dalam perayaan Maulud Nabi, maka selama satu bulan akan dijumpai kemeriahan “panjang Maulud” secara terus menerus.
Isi Panjang itu juga bisa bermacam-macam. Bisa berupa makanan, seperti telur ayam, atau bebek, daging ayam, ikan, dan lauk-pauk lainnya, tetapi bisa juga berupa pakaian, sajadah, sarung, kopiah, arloji, jam dinding, dan sebagainya. Di sela-sela makanan atau pakaian itu kadang-kadang terselip lembaran uang. Istilah atau penyebutan “Panjang” ini pun berbagai makna, ada yang menerjemahkan bentuk dari sesajian itu sendiri karena banyaknya Panjang yang ditampilkan atau bentuk kapal yang panjang, ada juga yang mengartikan karena panjangnya prosesi yang harus dilalui dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar