Panjang mulud adalah tradisi masyarakat Banten di kalangan muslim saat
memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yaitu tanggal 12 Rabiul Awal dalam tahun
hijriah. Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan
Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah
Nabi Muhammad SAW wafat. Partisipasi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
merupakan ekspresi dari rasa keimanan, kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Tradisi panjang mulud konon diwariskan sejak jaman Sultan Ageng Tirtayasa.
Panjang Mulud adalah tempat untuk mengangkut makanan, yang dibagikan pada
perayaan Maulid atau hari lahir Nabi Muhammad SAW, didalam panjang tersebut
berisi berbagai macam makanan baik yang sudah matang ataupun belum. Seiring
dengan berjalannya waktu, bentuk Panjang Mulud kini juga mengikuti perkembangan
budaya.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sudah menjadi rutinitas bagi
masyarakat Banten, khususnya di Kota Serang, dalam rangka memperingati
kelahiran Nabi Muhammad SAW diselenggarakan Tradisi Panjang Mulud, atau
diistilahkan juga dengan Ngeropok (ada juga dengan menyebut Ngegropok) Panjang
Mulud. Tradisi ini berkembang dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat,
diselenggarakan oleh masyarakat, baik di kampung-kampung, di perumahan secara
sederhana, maupun menjadi even besar yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah setempat.
Arti dari Ngeropok atau Ngegropok sendiri secara harfiah dapat
diterjemahkan sebagai “Ngeriung” (kumpul-kumpul), atau juga ada yang menerjemahkan
sebagai ajang rebutan dari “Panjang Mulud” itu sendiri. Sedangkan “Panjang
Mulud” diartikan sebagai bentuk semacam sesajian.Panjang ini berisi dengan
berbagai macam makanan dan barang, seperti baju, kain, peralatan masak, dan
lain-lain. Bahkan ada beberapa daerah di Cilegon yang menghias “panjang” dengan
uang, begitu pula dengan dareh serang yang menghias panjang tersebut dengan
uang. Panjang di bentuk seperti masjid perahu, mobil, atau rumah, tetapi secara
umum biasanya berbentuk perahu atau kapal, kemudian dihias, baik dari kertas
warna, daun kelapa muda, atau kain-kain perca.
Ciri khas dari isi Panjang adalah selalu ada telur rebus, dengan menghias
telur yang sudah direbus dengan kertas krep dibentuk menjadi bunga atau bentuk
bentuk yang lain. Kemudian dimasukkan ke dalam kantong terbuat dari kertas
sebesar telur itu sendiri, kemudian digantung-gantungkan dalam rangkaian
Panjang.
Rebutan “Panjang”
Pada saat tiba hari perayaan, semua “panjang” yang sudah dihias dikumpulkan
di masjid. Para pedzikir sudah berkumpul di masjid untuk menyenandungkan
puji-pujian kepada Allah SWT. Setelah dzikir selesai, “panjang” diarak keliling
kampung diiringi tabuhan rebana kemudian kembali lagi ke masjid. Setelah itu
beberapa “panjang” diberikan kepada warga untuk diperebutkan. Adapun “panjang”
yang lain diberikan kepada para pedzikir sebagai ucapan terima kasih.
Dikarenakan setiap kampung memiliki tanggal yang berbeda dalam perayaan Maulud
Nabi, maka selama satu bulan akan dijumpai kemeriahan “panjang Maulud” secara terus
menerus.
Isi Panjang itu juga bisa bermacam-macam. Bisa berupa makanan, seperti
telur ayam, atau bebek, daging ayam, ikan, dan lauk-pauk lainnya, tetapi bisa
juga berupa pakaian, sajadah, sarung, kopiah, arloji, jam dinding, dan
sebagainya. Di sela-sela makanan atau pakaian itu kadang-kadang terselip
lembaran uang. Istilah atau penyebutan “Panjang” ini pun berbagai makna, ada
yang menerjemahkan bentuk dari sesajian itu sendiri karena banyaknya Panjang
yang ditampilkan atau bentuk kapal yang panjang, ada juga yang mengartikan
karena panjangnya prosesi yang harus dilalui dalam rangka memperingati Maulid
Nabi Muhammad SAW ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar