Perbedaan
Guru dengan Dosen :
Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 yang secara jelas menyebutkan perbedaan keduanya, antara
guru dan dosen.
"Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah."
Sedangkan,
"Dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat."
Membaca
penjelasan di atas saja sudah jelas, bahwa guru dan dosen adalah berbeda, baik
dilihat dari tugas maupun tanggungjawabnya. Bahkan tanpa melihat Undang-Undang
tersebut, masyarakat awam pun dengan jelas, bisa membedakan. Guru adalah tenaga
pendidik di tingkatan SLTA ke bawah, sedangkan dosen adalah tenaga pendidik di
tingkatan Pendidikan Tinggi.
Tugas guru pada satu komponen, pengajaran.
Sedangkan dosen ditambah dua komponen tugas (penelitian dan pengabdian), yang
dikenal dengan Tri Dharma Pendidikan. Ditegaskan lagi pada era pemerintahan
Jokowi, pengelolaan antara guru dan dosen pun sudah dipisah dan dibedakan. Guru
dibawah naungan Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sedangkan dosen dibawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan
Teknologi.
Perbedaan
Siswa dengan Mahasiswa :
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa yang dimaksud dengan Siswa adalah {n/ sis-wa, murid (terutama pada tingkat dasar dan menengah); pelajar:-- SMA.} Sedangkan yang dikatakan Mahasiswa adalah {n/ ma-ha-sis-wa, orang yang belajar di perguruan tinggi ; ke-ma-ha-sis-wa-an, seluk beluk mahasiswa; yang bersangkutan dengan mahasiswa: Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan.} Adapun kata Maha dalam KBBI lebih diartikan sebagai {n/ma.ha, bentuk terikat; sangat; amat; teramat} Sedikit mencerna arti kata Mahasiswa dan Siswa yang tertulis dalam pengartian makna kata sesuai KBBI bahwa arti katanya hanya dibedakan jenjang pendidikan dan penyematan kata Maha. Sangatlah jelas pemaknaan ini perlu disadari dengan baik. Kata Maha sangatlah berat ketika kita tidak paham kata Maha itu sendiri. Kata Maha sepengetahuan penulis hanya untuk kebesaran Tuhan. Jika disematkan pada status manusia dalam konteks kehidupan wajiblah paham akan makna itu dengan sebenarnya. Maka dari itu perlulah penulis sedikit menjelaskan bedanya Mahasiswa dan Siswa. Konteks akan penulis lakukan pada wacana diskusi ini hanya dalam konteks peran secara eksternal bukan keranah internal sepertihalnya tempat belajar, waktu belajar, masa belajar, seragam belajar, masuk belajar, cara mengerjakan tugas, penilaian tugas, bentuk penilaian belajar, keahlian yang akan didapat setelah belajar, masa libur belajar, pergaulan sesama teman belajar, media belajar, kesibukan yang sering dilakukan, dan penilaian hasil belajar. Beberapa hal tersebut tidak akan penulis bahas, karena sangatlah mudah untuk dipahami masing-masing. Sederhanya apa yang penting sekali kita ketahui akan perbedaan Mahasiswa dan Siswa secara peran atau faktor eksternal.
·
Mahasiswa dan Identitasnya
Sebuah
pertanyaan besar untuk mahasiswa masa kini. Terdapat beberapa problematika
ketika berbicara tentang mahasiswa di zaman ini. Banyak mahasiswa yang saat ini
masih bingung akan identitas dirinya sebagai mahasiswa, tidak tahu akan esensi
dari mahasiswa dan kemana arah tujuan hidupnya. Hal ini dapat disebabkan karena
niatan kuliah yang salah yakni bukan keinginan sendiri untuk kuliah atau dapat
dipengaruhi oleh teman dan lingkungan sekitar. Mari kita bersama memahami apa
sebenarnya makna dari mahasiswa itu? Bagaimana seharusnya tugas dan tanggung
jawab sebagai mahasiswa? Jangan sampai kita mengartikan mahasiswa dengan
pengertian yang salah dan asal-asalan. Mahasiswa berasal dari kata “Maha” yang
berarti tingkatan tertinggi dan “Siswa” yang berarti seorang pelajar.
Pengertian ini dapat kita ketahui apa yang membedakan antara siswa dan
mahasiswa. Secara umum bedanya yaitu mahasiswa dituntut lebih untuk belajar mandiri,
tidak seperti siswa yang masih selalu menunggu intruksi dari seorang guru.
Mahasiswa adalah orang yang bebas namun tetap beretika dan bertanggung jawab
atas tindakannya, mahasiswa tidak hanya berfikir dangkal akan permasalahan yang
dihadapinya namun berfikir agar setiap tindakan yang dilakukan berbuah hasil
dan tidak sia-sia, apalagi sampai mencelakakan dirinya. Menjadi mahasiswa
adalah sebuah kesempatan emas yang hanya dimiliki dalam rentang waktu yang
singkat. Masa pembentukan kepribadian Maha, terjadi pada masa mahasiswa. Bisa
dibayangkan betapa ajaibnya mahasiswa bergerak. Diantara diktat yang
menggunung, mereka mampu menjadi orator ulung ditengah krisis yang juga
menggunung. Di tengah demam kebohongan, mereka mampu menjadi obat kejujuran
yang tak akan pernah kita temukan di apotek manapun . Artinya, mahasiswa adalah
sebuah struktur unik dalam masyarakat . Keunikan tersebut, menurut Al-chaidar,
bahkan menjadikan status mahasiswa lebih terhormat daripada seorang sarjana
pencari kerja. Kenikmatan menjadi mahasiswa lebih dari sekedar bebas memilih
mata kuliah atau mendapat jatah bolos sesuai dengan jumlah SKS, tapi hal yang
paling penting dari itu semua adalah nikmatnya mempertahankan idealisme.
Terlebih lagi mereka adalah kumpulan para pemuda yang bersedia terlibat dalam
gerakan rekonstruksi umat, bukan gerakan persaingan memperebutkan kursi.
Nikmatnya menjadi mahasiswa adalah nikmatnya menciptakan tradisi ilmiah serta
ruang gerak demi perubahan bangsa.. Wah, jangan sampai masyarakat menilai jelek
dan memvonis bahwa mahasiswa adalah seorang pelajar yang semakin tidak
bermoral, hura-hura, dan apatis terhadap kondisi sosial. Sudah berapakah
mahasiswa yang meminum minuman keras, hamil diluar nikah dan perilaku
menyimpang lainnya. Semua penyebab itu karena mahasiswa hanya mengedepankan
nafsu saja, tanpa berfikir akibat yang terjadi dari perilaku tersebut. Hal
inilah yang dapat merusak nama baik mahasiswa, sehingga kepercayaan masyarakat
pun juga menjadi berkurang. Sekali lagi karena sikap dan perilaku mahasiswa
yang bertentangan dengan norma, baik agama maupun secara sosial. Naudzubillahi
min dzalik. Peran seorang mahasiswa tentu lebih luas daripada siswa, tingkat
kedewasaan dan cara pandang lebih diandalkan dalam penyerapan ilmu. Mahasiswa
memikul tanggung jawab Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi
adalah salah satu visi dari seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Tri
Dharma Perguruan Tingi merupaka salah satu tujuan pencapain yang harus
dilakukan oleh perguruan tinggi tersebut. Karena setiap perguruan tinggi
haruslah melahirkan orang – orang yang memiliki semangat juang yang tinggi,
diri yang selimuti pemikiran-pemikiran yang kritis, kreatif, mandiri, inovatif
dsb. Dapat dinyatakan pula bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah salah satu
tanggung jawab yang harus di topang penuh oleh seluruh mahasiswa. Maka itu dari
itu mahasiswa harus tahu dan paham betul apa yang maksud dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari 3 poin , yaitu
1. Pendidikan dan Pengajaran
2.
Penelitian dan Pengembangan;
3.
Pengabdian kepada Masyarakat. Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan hanya menjadi
tanggung jawab mahasiswa. Seluruh dosen (pendidik), serta orang-orang yang
terlibat dalam proses pembelajaran (sivitas akademika) memiliki tanggung jawab
yang sama. Mahasiswa sebagai pelajar yang kedudukannya tertinggi dalam bidang
ilmu pengetahuan, harus mampu memberikan yang terbaik untuk warga atau
masyarakat sekitar, minimal kepada adik kelas yang masih SMA, baik secara
perilaku sosial maupun dalam bidang ilmu pengetahuan (pendidikan). Tanggung
jawab mahasiswa lebih besar dari sekedar menjadi siswa, makanya kurang tepat
apabila mahasiswa hanya menyibukkan di bidang akademik saja, namun apatis
(tidak peka) terhadap permasalahan lingkungan sekitar yang terjadi, baik
regional maupun nasional. Mahasiswa harus mampu mengembangkan ilmu yang telah
diserap melalui penelitian dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Segala
ilmu yang diperoleh dari penelitian dan pengembangan menjadi bahan pengetahuan
untuk memajukan mahasiswa lain, masyarakat dan bangsa. Harapan bangsa untuk
para mahasiswa adalah dapat menjadi problem solver (pemecah masalah) dari
segala problematika yang ada. Akademik memang tanggung jawab utama sebagai
pelajar, namun jangan sampai lupa bahwa tanggung jawab kita terhadap bangsa
juga besar. Jangan pernah tanyakan apa yang anda dapatkan dari negara dan
bangsa, namun apa yang anda dapat berikan terhadap bangsa. Satu kata, yaitu
“kontribusi” yang selalu diharapkan oleh bangsa kita.
·
Siswa dan Persamaannya
Banyak hal yang terkadang rancu kita temui.
Banyak orang yang mengatakan murid dan siswa itu sama. Padahal dalam proses
pembelajarannya jelas berbeda. Murid TK masuk dalam pendidikan anak usia dini,
murid SD masuk dalam pendidikan dasar, siswa SMP masuk dalam pendidikan dasar
lanjutan, dan siswa SMA/SMK masuk dalam pendidikan menengah. Persamaan murid,
siswa, dan mahasiswa adalah mereka sama-sama peserta didik yang berhak
mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan jenjang yang sedang ditempuhnya.
Murid SD dan TK adalah peserta didik yang benar-benar mendapatkan bimbingan
penuh dari seorang guru. Bisa juga dikatakan, murid TK dan SD masih disuapin
oleh gurunya dalam hal menuntut ilmu. Guru masih menjadi primadona siswa, karena
perannya yang sangat dibutuhkan. Bagi siswa SMP/SMA/SMK, sedikit demi sedikit
proses pembelajaran telah beralih kepada sistem belajar siswa aktif. Paradigma
lama biasa disebut CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan paradigma baru biasa
desebut PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Makanya
tidak ada istilah murid aktif, yang ada pembelajaran siswa aktif. Artinya, guru
harus mampu mengaktifkan para siswa untuk belajar secara mandiri. Guru harus
bisa menghidupkan suasana pembelajaran agar siswa dapat menemukan sendiri
(inquiry) gaya belajarnya. Namun, tetap saja kendali dan arahan ada pada guru.
·
Perbedaan Secara Umum Mahasiswa dan Siswa
Meskipun mahasiswa hadir sebagai pelajar yang
sedang membekali hidupnya dengan ilmu pengetahun yang mempuni. Namun pada
dasarnya mahasiswa adalah pemuda harapan bangsa. Ditangannyalah Negara, Agama
dan Bangsa dijalankannya, baik buruknya tergantung pendidikan hari ini yang
dijalaninya. Secara umum mahasiswa dituntut lebih untuk belajar mandiri, tidak
seperti siswa. Mahasiswa merupakan tingkatan tertinggi dalam dunia pendidikan
yang memikul tanggung jawab untuk memajukan instansi, masyarakat dan bangsa.
Meskipun sama-sama menempuh jalur pendidikan, siswa masih berusaha mencari jati
diri dan sikap. Siswa mulai aktif berpikir mengenai dirinya dan meraba masa
depan yang ingin diraih. Dalam hal ini, para siswa dituntut memandang sesuatu
secara nyata meskipun sikap dewasa belum terbentuk secara keseluruhan. Siswa
masih perlu panduan atau masih selalu menunggu intruksi dari lingkungan sekitar
sekolah, keluarga dan masyarakat. Siswa menempuh waktu pendidikan 12 tahun,
belajar segala sesuatu untuk pembentukan karakter. Jangan sekali-kali merasa
sendiri jika kita sedang menempuh ilmu pengetahuan. Maka niatkan dalam benak
pemuda sekalian semua khususnya yang beragama Islam, dalam belajar niatnya
yaitu “Aku berniat mencari dan menuntut ilmu mengikuti perintah Allah,
perintaah utusan Allah, menghilangkan kebodohan dan menghidupkan agama Islam.”
Sumber : Kompasiana
Sumber : Kompasiana
Berdasarkan KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) bahwa yang dimaksud dengan Siswa adalah {n/
sis-wa, murid (terutama pada tingkat dasar dan menengah); pelajar:--
SMA.} Sedangkan yang dikatakan Mahasiswa adalah {n/ ma-ha-sis-wa, orang
yang belajar di perguruan tinggi ; ke-ma-ha-sis-wa-an, seluk beluk
mahasiswa; yang bersangkutan dengan mahasiswa: Kuliah Kerja Nyata (KKN)
dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan.} Adapun kata Maha dalam KBBI
lebih diartikan sebagai {n/ma.ha, bentuk terikat; sangat; amat; teramat}
Sedikit mencerna arti kata Mahasiswa dan Siswa yang tertulis dalam
pengartian makna kata sesuai KBBI bahwa arti katanya hanya dibedakan
jenjang pendidikan dan penyematan kata Maha. Sangatlah jelas pemaknaan
ini perlu disadari dengan baik. Kata Maha sangatlah berat ketika kita
tidak paham kata Maha itu sendiri. Kata Maha sepengetahuan penulis hanya
untuk kebesaran Tuhan. Jika disematkan pada status manusia dalam
konteks kehidupan wajiblah paham akan makna itu dengan sebenarnya. Maka
dari itu perlulah penulis sedikit menjelaskan bedanya Mahasiswa dan
Siswa.
Konteks akan penulis lakukan pada wacana diskusi ini hanya dalam konteks
peran secara eksternal bukan keranah internal sepertihalnya tempat
belajar, waktu belajar, masa belajar, seragam belajar, masuk belajar,
cara mengerjakan tugas, penilaian tugas, bentuk penilaian belajar,
keahlian yang akan didapat setelah belajar, masa libur belajar,
pergaulan sesama teman belajar, media belajar, kesibukan yang sering
dilakukan, dan penilaian hasil belajar. Beberapa hal tersebut tidak akan
penulis bahas, karena sangatlah mudah untuk dipahami masing-masing.
Sederhanya apa yang penting sekali kita ketahui akan perbedaan Mahasiswa
dan Siswa secara peran atau faktor eksternal. Sebelum penulis bedakan,
penulis terlebih dahulu mengulas kembali apa Mahasiswa dan Siswa.
MAHASISWA DAN IDENTITASNYA
Sebuah pertanyaan besar untuk mahasiswa masa kini. Terdapat beberapa
problematika ketika berbicara tentang mahasiswa di zaman ini. Banyak
mahasiswa yang saat ini masih bingung akan identitas dirinya sebagai
mahasiswa, tidak tahu akan esensi dari mahasiswa dan kemana arah tujuan
hidupnya. Hal ini dapat disebabkan karena niatan kuliah yang salah yakni
bukan keinginan sendiri untuk kuliah atau dapat dipengaruhi oleh teman
dan lingkungan sekitar. Mari kita bersama memahami apa sebenarnya makna
dari mahasiswa itu? Bagaimana seharusnya tugas dan tanggung jawab
sebagai mahasiswa? Jangan sampai kita mengartikan mahasiswa dengan
pengertian yang salah dan asal-asalan.
Mahasiswa berasal dari kata “Maha” yang berarti tingkatan tertinggi dan
“Siswa” yang berarti seorang pelajar. Pengertian ini dapat kita ketahui
apa yang membedakan antara siswa dan mahasiswa. Secara umum bedanya
yaitu mahasiswa dituntut lebih untuk belajar mandiri, tidak seperti
siswa yang masih selalu menunggu intruksi dari seorang guru. Mahasiswa
adalah orang yang bebas namun tetap beretika dan bertanggung jawab atas
tindakannya, mahasiswa tidak hanya berfikir dangkal akan permasalahan
yang dihadapinya namun berfikir agar setiap tindakan yang dilakukan
berbuah hasil dan tidak sia-sia, apalagi sampai mencelakakan dirinya.
Menjadi mahasiswa adalah sebuah kesempatan emas yang hanya dimiliki
dalam rentang waktu yang singkat. Masa pembentukan kepribadian Maha,
terjadi pada masa mahasiswa. Bisa dibayangkan betapa ajaibnya mahasiswa
bergerak. Diantara diktat yang menggunung, mereka mampu menjadi orator
ulung ditengah krisis yang juga menggunung. Di tengah demam kebohongan,
mereka mampu menjadi obat kejujuran yang tak akan pernah kita temukan di
apotek manapun . Artinya, mahasiswa adalah sebuah struktur unik dalam
masyarakat . Keunikan tersebut, menurut Al-chaidar, bahkan menjadikan
status mahasiswa lebih terhormat daripada seorang sarjana pencari kerja.
Kenikmatan menjadi mahasiswa lebih dari sekedar bebas memilih mata
kuliah atau mendapat jatah bolos sesuai dengan jumlah SKS, tapi hal yang
paling penting dari itu semua adalah nikmatnya mempertahankan
idealisme. Terlebih lagi mereka adalah kumpulan para pemuda yang
bersedia terlibat dalam gerakan rekonstruksi umat, bukan gerakan
persaingan memperebutkan kursi. Nikmatnya menjadi mahasiswa adalah
nikmatnya menciptakan tradisi ilmiah serta ruang gerak demi perubahan
bangsa..
Wah, jangan sampai masyarakat menilai jelek dan memvonis bahwa mahasiswa
adalah seorang pelajar yang semakin tidak bermoral, hura-hura, dan
apatis terhadap kondisi sosial. Sudah berapakah mahasiswa yang meminum
minuman keras, hamil diluar nikah dan perilaku menyimpang lainnya. Semua
penyebab itu karena mahasiswa hanya mengedepankan nafsu saja, tanpa
berfikir akibat yang terjadi dari perilaku tersebut. Hal inilah yang
dapat merusak nama baik mahasiswa, sehingga kepercayaan masyarakat pun
juga menjadi berkurang. Sekali lagi karena sikap dan perilaku mahasiswa
yang bertentangan dengan norma, baik agama maupun secara sosial.
Naudzubillahi min dzalik.
Peran seorang mahasiswa tentu lebih luas daripada siswa, tingkat
kedewasaan dan cara pandang lebih diandalkan dalam penyerapan ilmu.
Mahasiswa memikul tanggung jawab Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma
Perguruan Tinggi adalah salah satu visi dari seluruh perguruan tinggi
yang ada di Indonesia. Tri Dharma Perguruan Tingi merupaka salah satu
tujuan pencapain yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi tersebut.
Karena setiap perguruan tinggi haruslah melahirkan orang – orang yang
memiliki semangat juang yang tinggi, diri yang selimuti
pemikiran-pemikiran yang kritis, kreatif, mandiri, inovatif dsb. Dapat
dinyatakan pula bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah salah satu
tanggung jawab yang harus di topang penuh oleh seluruh mahasiswa. Maka
itu dari itu mahasiswa harus tahu dan paham betul apa yang maksud dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari 3 poin , yaitu :
1. Pendidikan dan Pengajaran;
2. Penelitian dan Pengembangan;
3. Pengabdian kepada Masyarakat.
Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan hanya menjadi tanggung jawab
mahasiswa. Seluruh dosen (pendidik), serta orang-orang yang terlibat
dalam proses pembelajaran (sivitas akademika) memiliki tanggung jawab
yang sama.
Mahasiswa sebagai pelajar yang kedudukannya tertinggi dalam bidang ilmu
pengetahuan, harus mampu memberikan yang terbaik untuk warga atau
masyarakat sekitar, minimal kepada adik kelas yang masih SMA, baik
secara perilaku sosial maupun dalam bidang ilmu pengetahuan
(pendidikan). Tanggung jawab mahasiswa lebih besar dari sekedar menjadi
siswa, makanya kurang tepat apabila mahasiswa hanya menyibukkan di
bidang akademik saja, namun apatis (tidak peka) terhadap permasalahan
lingkungan sekitar yang terjadi, baik regional maupun nasional.
Mahasiswa harus mampu mengembangkan ilmu yang telah diserap melalui
penelitian dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Segala ilmu yang
diperoleh dari penelitian dan pengembangan menjadi bahan pengetahuan
untuk memajukan mahasiswa lain, masyarakat dan bangsa.
Harapan bangsa untuk para mahasiswa adalah dapat menjadi problem solver
(pemecah masalah) dari segala problematika yang ada. Akademik memang
tanggung jawab utama sebagai pelajar, namun jangan sampai lupa bahwa
tanggung jawab kita terhadap bangsa juga besar. Jangan pernah tanyakan
apa yang anda dapatkan dari negara dan bangsa, namun apa yang anda dapat
berikan terhadap bangsa. Satu kata, yaitu “kontribusi” yang selalu
diharapkan oleh bangsa kita.
SISWA DAN PERSAMAANNYA
Banyak hal yang terkadang rancu kita temui. Banyak orang yang mengatakan
murid dan siswa itu sama. Padahal dalam proses pembelajarannya jelas
berbeda. Murid TK masuk dalam pendidikan anak usia dini, murid SD masuk
dalam pendidikan dasar, siswa SMP masuk dalam pendidikan dasar lanjutan,
dan siswa SMA/SMK masuk dalam pendidikan menengah.
Persamaan murid, siswa, dan mahasiswa adalah mereka sama-sama peserta
didik yang berhak mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan jenjang
yang sedang ditempuhnya.
Murid SD dan TK adalah peserta didik yang benar-benar mendapatkan
bimbingan penuh dari seorang guru. Bisa juga dikatakan, murid TK dan SD
masih disuapin oleh gurunya dalam hal menuntut ilmu. Guru masih menjadi
primadona siswa, karena perannya yang sangat dibutuhkan.
Bagi siswa SMP/SMA/SMK, sedikit demi sedikit proses pembelajaran telah
beralih kepada sistem belajar siswa aktif. Paradigma lama biasa disebut
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan paradigma baru biasa desebut PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Makanya tidak
ada istilah murid aktif, yang ada pembelajaran siswa aktif. Artinya,
guru harus mampu mengaktifkan para siswa untuk belajar secara mandiri.
Guru harus bisa menghidupkan suasana pembelajaran agar siswa dapat
menemukan sendiri (inquiry) gaya belajarnya. Namun, tetap saja kendali
dan arahan ada pada guru.
PERBEDAAN SECARA UMUM MAHASISWA DAN SISWA
MAHASISWA SISWA
Meskipun mahasiswa hadir sebagai pelajar yang sedang membekali hidupnya
dengan ilmu pengetahun yang mempuni. Namun pada dasarnya mahasiswa
adalah pemuda harapan bangsa. Ditangannyalah Negara, Agama dan Bangsa
dijalankannya, baik buruknya tergantung pendidikan hari ini yang
dijalaninya. Secara umum mahasiswa dituntut lebih untuk belajar mandiri,
tidak seperti siswa. Mahasiswa merupakan tingkatan tertinggi dalam
dunia pendidikan yang memikul tanggung jawab untuk memajukan instansi,
masyarakat dan bangsa. Meskipun sama-sama menempuh jalur pendidikan,
siswa masih berusaha mencari jati diri dan sikap.
Siswa mulai aktif berpikir mengenai dirinya dan meraba masa depan yang
ingin diraih. Dalam hal ini, para siswa dituntut memandang sesuatu
secara nyata meskipun sikap dewasa belum terbentuk secara keseluruhan.
Siswa masih perlu panduan atau masih selalu menunggu intruksi dari
lingkungan sekitar sekolah, keluarga dan masyarakat. Siswa menempuh
waktu pendidikan 12 tahun, belajar segala sesuatu untuk pembentukan
karakter.
Jangan sekali-kali merasa sendiri jika kita sedang menempuh ilmu
pengetahuan. Maka niatkan dalam benak pemuda sekalian semua khususnya
yang beragama Islam, dalam belajar niatnya yaitu “Aku berniat mencari
dan menuntut ilmu mengikuti perintah Allah, perintaah utusan Allah,
menghilangkan kebodohan dan menghidupkan agama Islam.”
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ahmad_khoeri/apa-bedanya-mahasiswa-dan-siswa_55efdb9c8f7a61f314985933
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa yang dimaksud dengan Siswa adalah {n/ sis-wa, murid (terutama pada tingkat dasar dan menengah); pelajar:-- SMA.} Sedangkan yang dikatakan Mahasiswa adalah {n/ ma-ha-sis-wa, orang yang belajar di perguruan tinggi ; ke-ma-ha-sis-wa-an, seluk beluk mahasiswa; yang bersangkutan dengan mahasiswa: Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan.} Adapun kata Maha dalam KBBI lebih diartikan sebagai {n/ma.ha, bentuk terikat; sangat; amat; teramat} Sedikit mencerna arti kata Mahasiswa dan Siswa yang tertulis dalam pengartian makna kata sesuai KBBI bahwa arti katanya hanya dibedakan jenjang pendidikan dan penyematan kata Maha. Sangatlah jelas pemaknaan ini perlu disadari dengan baik. Kata Maha sangatlah berat ketika kita tidak paham kata Maha itu sendiri. Kata Maha sepengetahuan penulis hanya untuk kebesaran Tuhan. Jika disematkan pada status manusia dalam konteks kehidupan wajiblah paham akan makna itu dengan sebenarnya. Maka dari itu perlulah penulis sedikit menjelaskan bedanya Mahasiswa dan Siswa. Konteks akan penulis lakukan pada wacana diskusi ini hanya dalam konteks peran secara eksternal bukan keranah internal sepertihalnya tempat belajar, waktu belajar, masa belajar, seragam belajar, masuk belajar, cara mengerjakan tugas, penilaian tugas, bentuk penilaian belajar, keahlian yang akan didapat setelah belajar, masa libur belajar, pergaulan sesama teman belajar, media belajar, kesibukan yang sering dilakukan, dan penilaian hasil belajar. Beberapa hal tersebut tidak akan penulis bahas, karena sangatlah mudah untuk dipahami masing-masing. Sederhanya apa yang penting sekali kita ketahui akan perbedaan Mahasiswa dan Siswa secara peran atau faktor eksternal.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ahmad_khoeri/apa-bedanya-mahasiswa-dan-siswa_55efdb9c8f7a61f314985933
Perbedaan
Guru dengan Dosen :
Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 yang secara jelas menyebutkan perbedaan keduanya, antara
guru dan dosen.
"Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah."
Sedangkan,
"Dosen adalah pendidik profesional dan
ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat."
Membaca
penjelasan di atas saja sudah jelas, bahwa guru dan dosen adalah berbeda, baik
dilihat dari tugas maupun tanggungjawabnya. Bahkan tanpa melihat Undang-Undang
tersebut, masyarakat awam pun dengan jelas, bisa membedakan. Guru adalah tenaga
pendidik di tingkatan SLTA ke bawah, sedangkan dosen adalah tenaga pendidik di
tingkatan Pendidikan Tinggi.
Tugas guru pada satu komponen, pengajaran.
Sedangkan dosen ditambah dua komponen tugas (penelitian dan pengabdian), yang
dikenal dengan Tri Dharma Pendidikan. Ditegaskan lagi pada era pemerintahan
Jokowi, pengelolaan antara guru dan dosen pun sudah dipisah dan dibedakan. Guru
dibawah naungan Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sedangkan dosen dibawah naungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan
Teknologi.
Perbedaan
Siswa dengan Mahasiswa :
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bahwa yang dimaksud dengan Siswa adalah {n/ sis-wa, murid (terutama pada tingkat dasar dan menengah); pelajar:-- SMA.} Sedangkan yang dikatakan Mahasiswa adalah {n/ ma-ha-sis-wa, orang yang belajar di perguruan tinggi ; ke-ma-ha-sis-wa-an, seluk beluk mahasiswa; yang bersangkutan dengan mahasiswa: Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan.} Adapun kata Maha dalam KBBI lebih diartikan sebagai {n/ma.ha, bentuk terikat; sangat; amat; teramat} Sedikit mencerna arti kata Mahasiswa dan Siswa yang tertulis dalam pengartian makna kata sesuai KBBI bahwa arti katanya hanya dibedakan jenjang pendidikan dan penyematan kata Maha. Sangatlah jelas pemaknaan ini perlu disadari dengan baik. Kata Maha sangatlah berat ketika kita tidak paham kata Maha itu sendiri. Kata Maha sepengetahuan penulis hanya untuk kebesaran Tuhan. Jika disematkan pada status manusia dalam konteks kehidupan wajiblah paham akan makna itu dengan sebenarnya. Maka dari itu perlulah penulis sedikit menjelaskan bedanya Mahasiswa dan Siswa. Konteks akan penulis lakukan pada wacana diskusi ini hanya dalam konteks peran secara eksternal bukan keranah internal sepertihalnya tempat belajar, waktu belajar, masa belajar, seragam belajar, masuk belajar, cara mengerjakan tugas, penilaian tugas, bentuk penilaian belajar, keahlian yang akan didapat setelah belajar, masa libur belajar, pergaulan sesama teman belajar, media belajar, kesibukan yang sering dilakukan, dan penilaian hasil belajar. Beberapa hal tersebut tidak akan penulis bahas, karena sangatlah mudah untuk dipahami masing-masing. Sederhanya apa yang penting sekali kita ketahui akan perbedaan Mahasiswa dan Siswa secara peran atau faktor eksternal.
·
Mahasiswa dan Identitasnya
Sebuah
pertanyaan besar untuk mahasiswa masa kini. Terdapat beberapa problematika
ketika berbicara tentang mahasiswa di zaman ini. Banyak mahasiswa yang saat ini
masih bingung akan identitas dirinya sebagai mahasiswa, tidak tahu akan esensi
dari mahasiswa dan kemana arah tujuan hidupnya. Hal ini dapat disebabkan karena
niatan kuliah yang salah yakni bukan keinginan sendiri untuk kuliah atau dapat
dipengaruhi oleh teman dan lingkungan sekitar. Mari kita bersama memahami apa
sebenarnya makna dari mahasiswa itu? Bagaimana seharusnya tugas dan tanggung
jawab sebagai mahasiswa? Jangan sampai kita mengartikan mahasiswa dengan
pengertian yang salah dan asal-asalan. Mahasiswa berasal dari kata “Maha” yang
berarti tingkatan tertinggi dan “Siswa” yang berarti seorang pelajar.
Pengertian ini dapat kita ketahui apa yang membedakan antara siswa dan
mahasiswa. Secara umum bedanya yaitu mahasiswa dituntut lebih untuk belajar mandiri,
tidak seperti siswa yang masih selalu menunggu intruksi dari seorang guru.
Mahasiswa adalah orang yang bebas namun tetap beretika dan bertanggung jawab
atas tindakannya, mahasiswa tidak hanya berfikir dangkal akan permasalahan yang
dihadapinya namun berfikir agar setiap tindakan yang dilakukan berbuah hasil
dan tidak sia-sia, apalagi sampai mencelakakan dirinya. Menjadi mahasiswa
adalah sebuah kesempatan emas yang hanya dimiliki dalam rentang waktu yang
singkat. Masa pembentukan kepribadian Maha, terjadi pada masa mahasiswa. Bisa
dibayangkan betapa ajaibnya mahasiswa bergerak. Diantara diktat yang
menggunung, mereka mampu menjadi orator ulung ditengah krisis yang juga
menggunung. Di tengah demam kebohongan, mereka mampu menjadi obat kejujuran
yang tak akan pernah kita temukan di apotek manapun . Artinya, mahasiswa adalah
sebuah struktur unik dalam masyarakat . Keunikan tersebut, menurut Al-chaidar,
bahkan menjadikan status mahasiswa lebih terhormat daripada seorang sarjana
pencari kerja. Kenikmatan menjadi mahasiswa lebih dari sekedar bebas memilih
mata kuliah atau mendapat jatah bolos sesuai dengan jumlah SKS, tapi hal yang
paling penting dari itu semua adalah nikmatnya mempertahankan idealisme.
Terlebih lagi mereka adalah kumpulan para pemuda yang bersedia terlibat dalam
gerakan rekonstruksi umat, bukan gerakan persaingan memperebutkan kursi.
Nikmatnya menjadi mahasiswa adalah nikmatnya menciptakan tradisi ilmiah serta
ruang gerak demi perubahan bangsa.. Wah, jangan sampai masyarakat menilai jelek
dan memvonis bahwa mahasiswa adalah seorang pelajar yang semakin tidak
bermoral, hura-hura, dan apatis terhadap kondisi sosial. Sudah berapakah
mahasiswa yang meminum minuman keras, hamil diluar nikah dan perilaku
menyimpang lainnya. Semua penyebab itu karena mahasiswa hanya mengedepankan
nafsu saja, tanpa berfikir akibat yang terjadi dari perilaku tersebut. Hal
inilah yang dapat merusak nama baik mahasiswa, sehingga kepercayaan masyarakat
pun juga menjadi berkurang. Sekali lagi karena sikap dan perilaku mahasiswa
yang bertentangan dengan norma, baik agama maupun secara sosial. Naudzubillahi
min dzalik. Peran seorang mahasiswa tentu lebih luas daripada siswa, tingkat
kedewasaan dan cara pandang lebih diandalkan dalam penyerapan ilmu. Mahasiswa
memikul tanggung jawab Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi
adalah salah satu visi dari seluruh perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Tri
Dharma Perguruan Tingi merupaka salah satu tujuan pencapain yang harus
dilakukan oleh perguruan tinggi tersebut. Karena setiap perguruan tinggi
haruslah melahirkan orang – orang yang memiliki semangat juang yang tinggi,
diri yang selimuti pemikiran-pemikiran yang kritis, kreatif, mandiri, inovatif
dsb. Dapat dinyatakan pula bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah salah satu
tanggung jawab yang harus di topang penuh oleh seluruh mahasiswa. Maka itu dari
itu mahasiswa harus tahu dan paham betul apa yang maksud dengan Tri Dharma
Perguruan Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari 3 poin , yaitu 1. Pendidikan dan Pengajaran
2.
Penelitian dan Pengembangan;
3.
Pengabdian kepada Masyarakat. Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan hanya menjadi
tanggung jawab mahasiswa. Seluruh dosen (pendidik), serta orang-orang yang
terlibat dalam proses pembelajaran (sivitas akademika) memiliki tanggung jawab
yang sama. Mahasiswa sebagai pelajar yang kedudukannya tertinggi dalam bidang
ilmu pengetahuan, harus mampu memberikan yang terbaik untuk warga atau
masyarakat sekitar, minimal kepada adik kelas yang masih SMA, baik secara
perilaku sosial maupun dalam bidang ilmu pengetahuan (pendidikan). Tanggung
jawab mahasiswa lebih besar dari sekedar menjadi siswa, makanya kurang tepat
apabila mahasiswa hanya menyibukkan di bidang akademik saja, namun apatis
(tidak peka) terhadap permasalahan lingkungan sekitar yang terjadi, baik
regional maupun nasional. Mahasiswa harus mampu mengembangkan ilmu yang telah
diserap melalui penelitian dan memberi dampak positif bagi masyarakat. Segala
ilmu yang diperoleh dari penelitian dan pengembangan menjadi bahan pengetahuan
untuk memajukan mahasiswa lain, masyarakat dan bangsa. Harapan bangsa untuk
para mahasiswa adalah dapat menjadi problem solver (pemecah masalah) dari
segala problematika yang ada. Akademik memang tanggung jawab utama sebagai
pelajar, namun jangan sampai lupa bahwa tanggung jawab kita terhadap bangsa
juga besar. Jangan pernah tanyakan apa yang anda dapatkan dari negara dan
bangsa, namun apa yang anda dapat berikan terhadap bangsa. Satu kata, yaitu
“kontribusi” yang selalu diharapkan oleh bangsa kita.
·
Siswa dan Persamaannya
Banyak hal yang terkadang rancu kita temui.
Banyak orang yang mengatakan murid dan siswa itu sama. Padahal dalam proses
pembelajarannya jelas berbeda. Murid TK masuk dalam pendidikan anak usia dini,
murid SD masuk dalam pendidikan dasar, siswa SMP masuk dalam pendidikan dasar
lanjutan, dan siswa SMA/SMK masuk dalam pendidikan menengah. Persamaan murid,
siswa, dan mahasiswa adalah mereka sama-sama peserta didik yang berhak
mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan jenjang yang sedang ditempuhnya.
Murid SD dan TK adalah peserta didik yang benar-benar mendapatkan bimbingan
penuh dari seorang guru. Bisa juga dikatakan, murid TK dan SD masih disuapin
oleh gurunya dalam hal menuntut ilmu. Guru masih menjadi primadona siswa, karena
perannya yang sangat dibutuhkan. Bagi siswa SMP/SMA/SMK, sedikit demi sedikit
proses pembelajaran telah beralih kepada sistem belajar siswa aktif. Paradigma
lama biasa disebut CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) dan paradigma baru biasa
desebut PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Makanya
tidak ada istilah murid aktif, yang ada pembelajaran siswa aktif. Artinya, guru
harus mampu mengaktifkan para siswa untuk belajar secara mandiri. Guru harus
bisa menghidupkan suasana pembelajaran agar siswa dapat menemukan sendiri
(inquiry) gaya belajarnya. Namun, tetap saja kendali dan arahan ada pada guru.
·
Perbedaan Secara Umum Mahasiswa dan Siswa
Meskipun mahasiswa hadir sebagai pelajar yang
sedang membekali hidupnya dengan ilmu pengetahun yang mempuni. Namun pada
dasarnya mahasiswa adalah pemuda harapan bangsa. Ditangannyalah Negara, Agama
dan Bangsa dijalankannya, baik buruknya tergantung pendidikan hari ini yang
dijalaninya. Secara umum mahasiswa dituntut lebih untuk belajar mandiri, tidak
seperti siswa. Mahasiswa merupakan tingkatan tertinggi dalam dunia pendidikan
yang memikul tanggung jawab untuk memajukan instansi, masyarakat dan bangsa.
Meskipun sama-sama menempuh jalur pendidikan, siswa masih berusaha mencari jati
diri dan sikap. Siswa mulai aktif berpikir mengenai dirinya dan meraba masa
depan yang ingin diraih. Dalam hal ini, para siswa dituntut memandang sesuatu
secara nyata meskipun sikap dewasa belum terbentuk secara keseluruhan. Siswa
masih perlu panduan atau masih selalu menunggu intruksi dari lingkungan sekitar
sekolah, keluarga dan masyarakat. Siswa menempuh waktu pendidikan 12 tahun,
belajar segala sesuatu untuk pembentukan karakter. Jangan sekali-kali merasa
sendiri jika kita sedang menempuh ilmu pengetahuan. Maka niatkan dalam benak
pemuda sekalian semua khususnya yang beragama Islam, dalam belajar niatnya
yaitu “Aku berniat mencari dan menuntut ilmu mengikuti perintah Allah,
perintaah utusan Allah, menghilangkan kebodohan dan menghidupkan agama Islam.”
Sumber : Kompasiana
Sumber : Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar