Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik
mempelajari hakekat/esensi manusia. Filsafat adalah metode pemikiran yang
membahas tentang sifat dasar dan hakikat kebenaran yang ada di dunia ini.
Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas apa arti manusia sendiri
secara mendetail.
Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia adalah
bagian integral dari sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat
atau esensi manusia. Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang
manusia (misalnya psikologi dan antropologi) adalah gejala manusia. Pada
dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki, menginterpretasi, dan memahami
gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia
Secara umum dapat dikatakan, filsafat manusia tidak membatasi diri pada
gejala empiris. Bentuk atau gejala apapun tentang manusia, sejauh yang
dipikirkan, dan memungkinkan untuk dipikirkan secara rasional, bisa menjadi
bahan kajian filsafat manusia. Metode penelitiannya pun lebih spesifik,
misalnya melalui sintesis dan refleksi. Sintesis dan dan refleksi bisa
dilakukan sejauh gejalanya bisa dipikirkan. Dan karena apa yang bisa dipikirkan
jauh lebih luas daripada apa yang bisa diamati secara empiris, maka pengetahuan
atau informasi tentang gejala manusia di dalam filsafat manusia, pada akhirnya,
jauh lebih ekstensif (menyeluruh) dan intensif (mendalam) daripada informasi
atau teori yang didapatkan oleh ilmu-ilmu tentang manusia.
Filsafat manusia jelasnya adalah filsafat yang mengupas apa arti manusia
sendiri, ia mencoba mengucap sebaik mungkin apa sebenarnya makhluk itu yang
disebut “manusia”, istilah filusuf manusia atau “antropologi filusuf” (antropos
dalam bahasa Yunani berarti manusia) tampak lebih eksok karena apa yang
dipelajari dengannya adalah manusia sepenuhnya, roh serta badan jiwa serta
daging.
Alasan untuk mempelajari filsafat manusia cukup jelas. Pertama manusia
adalah makhluk yang memiliki kemampuan dan kewajiban (sampai batas tertentu)
untuk menyelidiki arti yang dalam “dari yang ada” kerap kali dalam usia remaja
manusia merasa dalam dirinya sendiriang paling pribadi suatu dorongan yang
menurut Sokrates, telah didengarnya di bawah langit Delphi : “Kenalilah dirimu
sendiri”.
Manusia
secara bahasa disebut juga insan, yang dalam bahasa arabnya berasal dari kata
‘nasiya’ yang berarti lupa. Dan jika dilihat dari kata dasar ‘al-uns’ yang
berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia
memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan
keadaan yang baru disekitarnya. Manusia memiliki cara keberadaan yang sekaligus
membedakannya secara nyata dengan mahluk yang lain. Seperti dalam kenyataan
mahluk yang berjalan diatas dua kaki, kemampuan berfikir, dan berfikir tersebut
yang menentukan manusia pada hakekat manusia.
Ada
beberapa pandangan para ahli tentang filsafat manusia ini, yaitu:
1. Manusia juga memiliki
karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain. Manusia
dalam memiliki karya dapat dilihat dalam seting sejarah dan seting psikologis
situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dari karya
yang dibuat manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan
sejarah. Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam pandangan
ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi
trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan
pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan
tentang dirinya
2.
Berbicara
tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam
perspektif. Ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional)
dan pendapat ini diyakini oleh para filosof. Sedangkan yang lain menilai
manusia sebagai animal simbolik, pernyataan tersebut dikarenakan manusia
mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan manusia menafsirkan
simbol-simbol tersebut.
3.
Ada
yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia
adalah hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja. Manusia
memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “mahluk
alami”, seperti binatang, ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia
berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam
sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai homo sapiens,
manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli makhluk yang lain. Manusia juga
dikatakan sebagai homo faber hal tersebut dikarenakan manusia tukang yang
menggunakan alat-alat dan menciptakannya. Salah satu bagian yang lain manusia
juga disebut sebagai homo ludens (mahluk yang senang bermain). Dalam bermain
manusia memiliki ciri khasnya dalam suatu kebudayaan bersifat fun. Fun disini
merupakan kombinasi lucu dan menyenangkan. Permainan dalam sejarahnya juga
digunakan untuk memikat dewa-dewa dan bahkan ada suatu kebudayaan yang
menganggap permainan sebagai ritual suci.
4. Marx menunjukan
perbedaan antara manusia dengan binatang tentang kebutuhannya. Binatang
langsung menyatu dengan kegiatan hidupnya, sedangkan manusia membuat kerja
hidupnya menjadi objek kehendak dan kesadarannya. Binatang berproduksi hanya
apa yang ia butuhkan secara langsung bagi dirinya dan keturunannya, sedangkan
manusia berproduksi secara universal bebas dari kebutuhan fisik. Manusia
berhadapan bebas dari produknya dan binatang berproduksi menurut ukuran dan
kebutuhan jenis produksinya, manusia berproduksi menurut berbagai jenis dan
ukuran dengan objek yang inheren, dikarenakan manusia berproduksi menurut
hukum-hukum keindahan. Manusia dalam bekerja secara bebas dan universal, bebas
dapat bekerja meskipun tidak merasakan kebutuhan langsung, universal
dikarenakan ia dapat memakai beberapa cara untuk tujuan yang sama. Dipihak yang
lain ia dapat menghadapi alam tidak hanya dalam kerangka salah satu kebutuhan.
Oleh sebab itu menurut Marx manusia hanya terbuka pada nilai-nilai estetik dan
hakekat perbedaan manusia dengan binatang adalah menunjukan hakekat bebas dan
universal.[4]
5. Menurut Paulo Freire
manusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan dengan dunia.
Manusia berbeda dari hewan yang tidak memiliki sejarah, dan hidup dalam masa
kini yang kekal, yang mempunyai kontak tidak kritis dengan dunia, yang hanya
berada dalam dunia. Manusia dibedakan dari hewan dikarenakan kemampuannya untuk
melakukan refleksi (termasuk operasi-operasi intensionalitas, keterarahan,
temporaritas dan trasendensi) yang menjadikan mahluk berelasi dikarenakan
kapasitasnya untuk menyampaikan hubungan dengan dunia. Tindakan dan kesadaran
manusia bersifat historis, manusia membuat hubungan dengan dunianya bersifat
epokal, yang menunjukan disini berhubungan disana, sekarang berhubungan masa
lalu dan berhubungan dengan masa depan. manusia menciptakan sejarah juga
sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah.
Hakekat
Manusia
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya,
seperti dalam pandangan monoteisme, yang mencari unsur pokok yang menentukan
yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme, atau unsur
rohani dalam pandangan spritualisme, atau dualisme yang memiliki pandangan yang
menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling
menafikan yaitu materi dan rohani, yakni pandangan pluralisme yang menetapkan
pandangan pada adanya berbagai unsur pokok yang pada dasarnya mencerminkan
unsur yang ada dalam marco kosmos atau pandangan mono dualis yang menetapkan
manusia pada kesatuannya dua unsur, ataukah mono pluralisme yang meletakkan
hakekat pada kesatuannya semua unsur yang membentuknya. Manusia secara individu
tidak pernah menciptakan dirinya, akan tetapi bukan berarti bahwa ia tidak
dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam
kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan
memberikan andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan
perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.
Kedudukan Filsafat Manusia Dalam Kehidupan Manusia
1. Memberikan pengertian
dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang
diberikan oleh filfafat.
2. Berdasarkan atas dasar
hasil-hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada
manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri,
seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain. Kita juga mengetahui bahwa
alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak. Dengan akal
filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan.
Dengan rasa dan kehendak, maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan
mengenai baik dan buruk.
Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Tiga unsur pembentukan manusia, yaitu:
Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Tiga unsur pembentukan manusia, yaitu:
1. Pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan lingkungannya
Pengetahuan
menjadi unsur yang penting dalam usaha membentuk manusia yang lebih baik. Dalam
hal ini ilmu lebih kritis daripada hanya menerima apa yang didapat dari
pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan manusia
tentang diri sendiri dan dunianya. Ketika manusia mengetahui dan mengenal
dirinya secara penuh, ia akan hidup secara lebih sempurna dan lebih baik dalam
dunia yang adalah dunianya. Berkaitan dengan itu manusia juga membutuhkan
pengetahuan tentang lingkungan atau dunianya. Dengan pengetahuan yang ia miliki
tentang dunia atau lingkungannya, manusia dapat mengadaptasikan dirinya secara
cepat dan lebih mudah.
2. Manusia Dalam
Hubungannya Dengan Hidup Komunitas
Manusia
ternyata tidak hidup sendirian dalam dunianya. Ia hidup dalam hubungan dan
membutuhkan manusia lain, yang menunjukkan hakikat dari manusia, yaitu sebagai
makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan
mengembangkan dirinya sehingga dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana
dan lebih kritis. Dengan demikian manusia pada hakikatnya hidup bersama dengan
orang lain atau hidup dalam suatu komunitas tertentu, mengalami kehidupan
polis. Jadi, kebersamaannya dengan orang lain dalam suatu komunitas inilah yang
turut menentukan pembentukan yang memperkenankan manusia itu hidup atas cara
yang lebih baik dan lebih sempurna dalam dunianya.
Unsur
lain yang dapat membantu membentuk manusia sehingga manusia dapat hidup secara
lebih baik, lebih bijaksana adalah agama. Dengan kata lain, agama mengandung
nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik bagi
penganutnya.
Hubungan
Filsafat Manusia Dengan Disiplin Ilmu Lain Tentang Manusia
1.
Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas
manusia dari segi psikis yang dapat diperoleh dari melihat perilaku manusia, menjelaskan
gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana pengalaman manusia dapat mempengaruhi
kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan manusia dari masa prenatal
hingga menjelang kematian.
2.
Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi diri untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup
sosialnya, menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan bahwa
manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.
3.
Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini
membatasi pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia atau
ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras
suatu masyarakat yang bersifat lokal.
Esensi Dan Eksistensi
Filsafat Manusia Serta Peranan Manusia
Model esensi adalah pendekatan
dalam filsafat kepada suatu objek dengan cara yang abstrak. Model ini memandang
manusia terlepas dari situasi dan perkembangannya. Model esensi hanya
memperhatikan kodrat yang menentukan manusia sebagai manusia. Sementara itu
model eksistensi adalah pendekatan
dalam filsafat kepada suatu objek dengan memandangnya secara menyeluruh.
Manusia dipandang secara konkret secara utuh dalam keberadaannya. Model
eksistensi tidak percaya akan kodrat yang menentukan manusia.
·
Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran dalam Filsafat
Di dalam filsafat manusia terdapat beberapa
aliran. Tiap-tiap aliran memiliki pandangan tentang hakikat atau esensi manusia
yang berbeda-beda. Dari sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua dan
terbesar, yaitu materialisme dan idealisme. Sedangkan
aliran-aliran lain, pada prinsipnya merupakan reaksi yang berkembang kemudian
terhadap kedua aliran tersebut.
a. Materialisme
·
Essensi manusia bersifat material/fisik menempati ruang dan waktu, memiliki
keluasan dan bersifat objektif sehingga dapat diukur, dihitung, diobservasi.
·
Tidak ada aspek spiritual dibalik yang material.
·
Materialisme/Naturalisme. Istilah materi diganti dengan istilah nature/alam
setiap gejala/gerak dapat dijelaskan menurut hukum kausalitas. Gerak disebabkan
karena ada gerak eksternal yang menggerakkan.
·
Kaum materialis pada umumnya sangat deteministik gerak bersifat mekanis
untuk menggerakkan manusia adalah mesin.
·
Manusia adalah bagian dari alam/materi, manusia adalah objek yang
substansinya aalah berkeluasan, manusia adalah mesin/kumpulan sel dan sistem
syaraf. Manusia adalah daging tanpa jiwa yang menempati ruang waktu, mengalami
perkembangan dan penyusutan sejalan dengan perjalanan waktu.
·
Manusia merupakan makhluk deterministik/tidak memiliki kebebasan. Perilaku
manusia adalah akibat dari suatu sebab eksternal. Manusia bertindak karena ada
suatu sebab yang mendahului (stimulus) yang menuntut untuk diberikan
respons/reaksi.
b.
Idealisme
·
Kenyataan sejati bersifat spiritual, yaitu spiritualisme ada kenyataan
dibalik setiap penampakan/kejadian esensi dari kenyataan spiritual adalah
berpikir, karena tidak dapat diukur atau dijelaskan berdasarkan pada pengamatan
empiris menggunakan metafor kesadaran manusia. Kekuatan spiritual bersifat
rasional, berkehendak, berperasaan, kreatif, dll.
·
Penganut idealisme berpandangan deterministik, roh absolut/Tuhan adalah
bebas dan tidak terhingga tetapi manusia sebagai bagian dari roh absolut .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar