Minggu, 11 Desember 2016

Pengembangan Konsep Diri Peserta Didik




A.                Pengembangan Konsep Diri Dan Harga Diri Peserta Didik
Sebagai sebuah kontruksi psikologi, konsep diri didefinisikan secara berbeda oleh para ahli. Seibert dan Hoffnung (1994) misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri”. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Sementara itu, Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya. selanjutnya, Atwater mengidentifikasikan konsep diri atas tiga bentuk. Pertama, body image kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self ,yaitu bagaimana cita-cita dan harapan seseorang melihat dirinya. ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
1.                  Konsep Diri Dan Harga Diri
Dalam kegiatan belajar mengajar, konsep diri sangat penting untuk diketahui oleh para peserta didik. Karakteristik peserta didik usia sekolah dasar sangat beragam sehingga dalam praktiknya, seorang guru harus mengetahui dan memahami konsep diri siswa secara mendalam. Konsep diri penting untuk membangun atmosfer belajar yang baik, sebab konsep diri adalah bagaimana cara pandang individu dalam menghadapai pembelajaran disekolah. Dengan hal itu maka konsep dii sangat memengaruhi dalam evaluasi hasil belajar.
Para ahli pun berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri. Namun, secara umum para ahli menyebutkan 3 dimensi diri, meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri sebagai berikut.
a)             Pengetahuan (kognitif)
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari ”siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri saya. Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image). Dimensi pengetahuan dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi, seperti ”saya pintar”, ”saya cantik”, ”saya anak baik”, dan seterusnya.
b)             Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
c)             Penilaian
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai pribadi.
Menurtu Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan:
a.              Pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa),
b.             Standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
1.             Konsep Diri Dalam Prestasi Belajar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan behwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan erat. Nylor (1972) misalnya, mengemukakan banyak peneliti yang membuktikan hubunganpositif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar disekolah.
B.            Karakteristik perkembangan konsep diri peserta didik
1.             Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah
Pada awal masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan sosial yang muncul disekolah. SD banyak memberikan perubahan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan dirinya dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara  gradual menjadi lebih realistis.
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-tahun SD dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri, yaitu:
a.             Karakteristik Internal
Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia SD lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan S. Skerry (1983) menerumakan bahwa anak-anak kelas dua jauh lebih cenderung menyebutkan karakteristik psikologis (seperti sifat-sifat kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan kurang cendrung menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya, anak usia 8 tahun mendeskripsikan drinya sebaga: ”Aku seorang yang pintar dan terkenal”. Anak usia 10 tahun berkata tentang dirinya: ”Aku cukup lumayan tidak khawatir terus menerus, Aku biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.
b.             Karakteristik Aspek-aspek Sosial
Selama tahun-tahun SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat. Dalam suatu investigasi, anak-anak SD seringkali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi mereka. Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka sebagai Pramuka perempuan, sebagai seorang yang memiliki dua sahabat karib.
c.              Karakteristik Perbandingan Sosial
Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak anak usia SD tidak lagi berpikir tentang apa yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku lakukan”, tetapi cenderung berpikir tentang ”apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan ”apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.
d.             Karakteristik Perbandingan Sosial
Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak anak usia SD tidak lagi berpikir tentang apa yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku lakukan”, tetapi cenderung berpikir tentang ”apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan ”apa yang dapat dilakukan oleh orang lain.

2.      Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP/SMA)
1)             Abstract and idealistic                                          
Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin membuat gambaran tentang diri mereka dengan kata-kata yang abstrak dan idealistik.
2)             Differentiated  
Konsep diri remaja bisa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin terdiferensiasi.
3)             Contradictions within the self
Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda, kaka muncullah kontradiksi antara diri-diri yang terdeferensiasi ini.
4)             The Fluctiating Self
Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktuasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan. Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa di mana remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa dewasa awal.
5)             Real and Ideal, True and False Selves
Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping diri yang sebenarnya. Kemampuan utnuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif dan adanya perbedaan yang terlalu jauh antara diri yang nyata dengan diri ideal menunjukkan ketidakmampuan remaja untuk menyesuaikan diri.
6)             Social Comparison
Remaja lebih sering menggunakan social comparison (perbandingan social) untuk mengevaluasi diri mereka sendiri. Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan.
7)             Self-Conscious
Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan tentang pemahaman diri mereka.
8)             Self-protective
Remaja juga memiliki mekanisme untuk melindungi dan mengembagkan dirinya. Dalam upaya melindungo dirinya, remaja cendrung menolak adanya karakteristik negatif dalam diri mereka.
9)             Unconscious                         
Konsep diri remaja melibatkan adanya pengenalan bahwa komponen yang tidak disadari termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen yang disadari. Pengenalan seperti ini tidak muncul hingga masa remaja akhir. Artinya, remaja yang lebih tua, yakin akan adanya aspek-aspek tertentu dari pengalaman mental dari mereka yang berada di luar kesadaran atau control mereka dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.
10)          Self-integration
Terutama pada masa remaja akhir, konsep diri menjadi lebih terintegrasi, dimana bagian yang berbeda-beda dari diri secara sistematik menjadi satu kesatuan. Remaja yang lebih tua, lebih mampu mendeteksi adanya ketidakkonsistenan.               
C.           Implikasi Perkembangan Konsep Diri Terhadap Pendidikan
1)             Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru
Dukungan guru dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support), seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik. Dapat juga dengan dukungan penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif terhadap siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan positif antara satu siswa dengan siswa lain
2)             Membuat siswa merasa bertanggung jawab
Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa
3)             Membuat siswa merasa mampu
Dapat dilakukan denga cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum dikembangkan
4)             Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistik
Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian di masa lampau, sehingga pencapaina prestasi sudah dapat diramalkan dan siswa akan terbantu untuk bersikap positif terhadap kemampuan dirinya sendiri
5)             Membantu siswa menilai diri mereka secara realisitik
Guru perlu membantu siswa menilai prestasi siswa secara realistis, yang membantu rasa percaya akan kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi belajar di kemudian hari.
6)             Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistik
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan memberikan dorongan kepada siswa agar bangga atas prestasi yang dicapai. Ini merupakan salah satu kunci untul menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.
D.           Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (Sd)
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman (winkel).
Cara anak belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata, yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang adadalam lingkungannya. Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tigas ciri, yaitu sebagai berikut.
1.             Konkret
Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
2.             Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep diri sebagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif,yakni dari hal umum kebagian demi bagian.
3.             Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
Adapun karakteristik pembelajaran yang eprlu dilakukan terhadap anak-anak tersebut dengan menggunakan hal berikut.
a.             Belajar pembelajaran bermakna
Belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupan kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidik.
b.             Pembelajaran tematik
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran tematik.
Dengan tema, diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, diantaranya sebagai berikut.
·                 Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
·                 Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaranPemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesa
·                 Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan memngaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
Berikut ini delapan belas (18) kiat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan belajar siswa.
1.             Gunakan metode dan kegiatan yang bervariasi
2.             Jadikan siswa peserta aktif
3.             Buatlah tugas yang menantang namuan realistis dan sesuai
4.             Ciptakan susasan kelas yang kondusif
5.             Berikasn tugas secara proporsional
6.             Libatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil
7.             Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar
8.             Hindari kompetensi antarpribadi
9.             Berikan masukan
10.         Hargai kesuksesan dan keteladanan
11.         Antusias dalam mengajar
12.         Tentuakn standar yang tinggi (namun realistis) bagi seluruh siswa
13.         Pemberian penghargaan untuk memotivasi
14.         Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas
15.         Kenaliminat siswa-siswa
16.         Peduli dengan siswa-siswa
17.         Hindari penggunaan ancaman
18.         Hindarilah komentar buruk

         


A.               
Sumber : Buku Psikolgi Perkembangan Peserta didik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar