A. Karakteristik
Perkembangan Peserta Didik
Aspek-aspek perkembangan meliputi
perkembangan fisik-motorik dan otak, perkembangan kognitif, dan perkembangan
sosioemosional. Masing-masing aspek perkembangan dihubungkan dengan pendidikan
sehingga para guru diharapkan mampu memberikanlayanan pendidikan atau
menggunakan strategi pembelajaran yang relevan dengan karakteristik
perkembangan tersebut. Secara umum perkembangan tersebut dibedakan seperti
berikut.
1.
Karakteristik
dan ciri perkembangan anak usia sekolah dasar
a. Karakteristik
berasal dari kata karakter; dalam kamus bahasa indonesia karangan
poerwardarwinta dikatakan bahwa karakter adalah watak,tabiat atau sifat-sifat
kejiwaan. Sedangkan menurut Ir Pedwawijatna. Karakter atau watak adalah seluruh
aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa karakteristik siswa merupakan seluruh kondisi atau keadaan
watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupan
sehari-hari.
Ada
beberapa karakteristik anak sd yang perlu diketahui oleh guru diantaranya
adalah :
·
Senang Bermain
Pada umumnya anak SD terutama kelas-kelas rendah itu
senang bermain. Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan
pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD
seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang
serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling
antara mata pelajaran serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang
mengandung unsur permainan seperti pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK).
·
Senang Bergerak
Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak, orang
dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang
paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak
untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan
·
Senangnya Bekerja dalam Kelompok
Melalui pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak
dapat belajar aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi seperti : belajar
memenuhi aturan-aturan kelompok,belajar setia kawan,belajar tidak tergantung
pada orang dewasa di sekelilingnya,mempelajari perilaku yang dapat diterima
oleh lingkungannya,belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing secara
sehat bersama teman-temannya, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok,belajar
keadilan dan demokrasi melalui kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi
bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk
bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan
suatu tugas secara kelompok.
·
Senang Merasakan atau Melakukan Sesuatu Secara Langsung
Berdasarkan teori tentang psikologi perkembangan yang
terkait dengan perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasi konkret.
Dari apa yang dipelajari di sekolah, anak belajar menghubungkan antara
konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Pada masa ini anak belajar untuk
membentuk konsep-konsep tentang angka ,ruang,waktu, fungsi badan,peran jenis
kelamin,moral. Pembelajaran di SD cepat dipahami anak, apabila anak dilibatkan
langsung melakukan atau praktik apa yang diajarkan gurunya. Dengan demikian
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami
tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung keluar kelas,
kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan
lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.
·
Anak suka
cengeng
Pada anak
usia sekolah dasar, anak masih cengeng dan manja mereka selalu ingin
diperhatikan dan dituruti semua keinginannyamereka masih belum mandiri dan
harus selalu dibimbing. Disini kita sebagai calon guru sd harus mempunyai
metode pembelajaran atau metode tutorial bimbingan agar kita selalu dapat
membimbing dan mengarahkan anak agar membentuk mental anak supaya tidak cengeng
·
Anak sulit
memahami isi pembicaraan orang lain
Pada anak
usia sekolah dasar anak susah dalam memahami aoa yang diberikan guru, disini
guru harus dapat membuat atau ,menggunakan metode yang tepat misalnya dengan
cara metode eksperimen, agar anak dapat memahami pelajaran yang diberikan dengan
menemukan sendiri inti dari pelajaran yang diberikan sedangkan dengan cara ceramah yang dimana
guru hanya berbicara saja didepan kelas,malah akan membuat anak tidak memahamai
isi dari apa yang dibicarakan oleh gurunya.
·
Senang
diperhatikan
Didalam
suatu interaksi sosial anak biasanya mencari perhatian teman atau gurunya
mereka senang apabila oranglain memperhatikannya, dengan berbagai cara
dilakukan agar orang memperhatikannya, disini peran guru adalah untuk
mengarahkan perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab
misalnya anak yang ingin diperhatikan akan berusaha menjawab atau
bertanyadengan guru agar anak lain beserta guru memperhatikannya.
·
Senang
meniru
Dalam
kehidupan sehari-hari anak mencari suatu figur yang sering dia lihat dan dia
temui. Mereka kemudian menirukan apa yang dilakukan dan dikenalkan orang yang
ingin dia tiru tersebut
Ciri-ciri perkembangan anak usia
sekolah dasar usia 7 tahum
Fisik:
- Pandangan terbatas
- Berkerja dengan kepala diatas meja
- Mengenggam pensil (diujung)
- Dapat menulis dengan rapi
- Kadang-kadang tegang
- Suka ruang yang telah ditentukan
- Sering merasa terluka, bisa nyata atau pura-pura
Sosial
- Suka menyendiri, tertutup.
- Membutuhkan penguatan terus menerus (aman & teratur)
- Kadang murung, sedih, merajuk, malu.
- Merasa tidak banyak orang yang menyukainya (berubah)
- Percaya pada guru untuk membantunya
- Sensitif pada perasaan orang lain. Kadang suka mengadu
- Tidak suka melakukan kesalahan
- Kuat perasaan suka dan tidak suka
- Menjaga kerapian meja dan lingkungan
Bahasa
- Pendengar yg baik
- Pembicara yg tepat
- Suka dialog/percakapan berpasangan
- Perkembangan kosa kata cepat
- Tertarik cari arti/maksud kata
- Suka sampaikan catatan kecil
- Berminat dengan bermacam-macam simbol
Kognisi
- Suka mengulang pelajaran
- Butuh akhir kegiatan yang jelas (lengkapi dengan tugas)
- Suka berkerja secara bertahap (sedikit demi sedikit)
- Suka berkerja sendiri
- Suka dibacakan
- Suka menghapus (ingin sempurna)
- Ingin menemukan bagaimana suatu benda berkerja
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 8 tahun
Fisik
- Bergerak cepat, berkerja dengan tergesa-gesa
- Penuh dengan energi
- Perlu pelepasan energi secara fisik (kegiatan di luar ruangan)
- Kadang sedikit aneh
- Rentang kosentrasi terbatas
- Memiliki pandagan dekat dan jauh sama kuat
Sosial
- Persifat sangat baik, penuh dengan humor
- Suka berkerjasama
- Sering “menggigit lebih dari yang bisa dikunyah” salah dalam memperkirakan kemampuan mereka.
- Resisten (bertahan); membuat alasan dengan cepat ketika membuat kesalahan
- Lebih suka kegiatan yang sama dengan teman sejenis
- Bermasalah dengan atauran dan batasan-batasan
- Kelompok pertemanan lebih banyak dari usia 7
Bahasa
- Bicara aktif
- Mendengarkan tapi penuh dengan gagasan sehingga tidak dapat selalu ingat apa yang telah dikatakannya
- Melebih-lebihkan dalam bicara
- Suka dalam menjelaskan gagasan
- Perluasan kosa kata yang sangat cepat
Kognisi
- Suka kegiatan kelompok
- Suka menghasilkan sesuatu
- Sering berkerja dengan keras/kuat
- Mulai mahir dalam ketrampilan dasar
- Mulai merasakan kemampuan ketrampilannya.
- Bertambah bagus dalam melakukan operasi kongkrit.
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 9 tahun
Fisik
- Meningkat dalam koordinasi geraknya
- Tertantang melakukan kegiatan fisik sekuatnya (memaksa)
- Sering terluka
- Banyak mengeluh pada tubuhnya
- Menunjukan kegelisahan dengan mengigit kuku, gigit bibir, memilin-milin rambut
Sosial
- Sangat tinggi dalam kompetitif
- Self aware
- Tidak sabar
- Sering merasa khawatir, cemas
- Membuka jarak dengan orang lain
- Sering mengeluh; masalah persamaan
- Melihat orang dewasa secara tidak konsisten & sebagai kontrol
- Kritis
- Sering marah dan berubah-ubah emosinya
- individualistik
Bahasa
- Menggunakan kata-kata bersifat deskrpsi
- Senang bermain dalam kata dan bahasa serta informasi
- Bahasa seperti bayi kadang muncul kembali
- Menggunakan kata-kata yang melebih-lebikan
- Saat banyak menggunakan kata-kata negatif seperti: aku benci itu, aku tidak bisa, bosan, iya ya
- Senang bercanda yang sifatnya jorok
- Mencampuradukan bahasa ketika bicara
Kognisi
- Senang menghasilkan sesuatu dan mengoreksi diri sendiri
- Mulai mengenal dunia yg lebih luas
- Sedikit berimajiasi
- Rasa ingin tahu secara intelektual
- Mampu beradaptasi dengan beberapa kodisi yang dia hadapi
- Bermasalah dengan kondisi abstrak, angka-angka yang banyak, periode waktu dan ruang
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 10 tahun
Fisik
- Perkembangan otot besar
- Sangat membutuhkan waktu di luar ruangan dan tantangan fisik
- Tulisan tangan cenderung tidak rapi (jika dibandingkan dengan usia 9 th)
- Makanan ringan dan waktu istirahat membantu pertumbuhan tubuhnya
Bahasa
- Pendengar yang baik
- Banyak membaca
- Ekspresif, suka menjelaskan, aktif berbicara
- Berkerjasama dan bersaing
- Bersahabat, bergembira
Kognisi
- Daya ingat cukup produktif
- Kemampuan pada hal yang abstrak mulai meningkat
- Menyukai aturan dan hal-hal yang masuk akal
- Mengklasifikasi dan mengumpulkan hal-hal yang disukai , suka menyusun
- Mampu kosentrasi dgn baik, bisa membaca dalam waktu yg relatif lama
- Menjadi orang yang mampu menyelesaiakan masalah dengan baik
- Bangga dengan hasil akademiknya
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 11 tahun
Fisik
- Meningkatnya nafsu makan, kegiatan dan bicara
- Munculnya pubertas pada sebagian anak perempuan
- Gerakan yang stabil, kurang waktu istirahat
- Sering kena flu dan kadang infeksi telinga
- Butuh istirahat yang cukup
- Agak kurang menggunakan kekuatan fisik
- Kemampuan motorik halusnya baik
Sosial
- Peka, emosinya tidak stabil
- Berseberangan pendapat
- Senang berada diluar rumah
- Selalu mengikuti kata hati, kasar dan kurang peduli
- Suka berargumentasi
- Kesulitan membuat keputusan
- Memahmai keadaan dirinya
- Emosional
- Mudah masuk/keluar dari kelompoknya
Bahasa
- Senang berbcara ditelpon
- Selalu menuruti kata hati, bicara sebelum dipikirkan
- Bicara kasar
- Suka berargumen, pendebat ulung
- Appresiatif terhadap humor
- Mengadopsi bahasa orang dewasa
Kognisi
- Suka tugas baru dan berpengalaman untuk merefleksikan atau memperbaiki tugas berikutnya
- Dapat berfikir abstrak
- Mahir memberikan alasan
- Dapat membaangun dan memodifikasi aturan
- Memusatkan perhatian pada pengembangan bakat dan memandang dunia dari berbagai segi
- Suka berargumentasi
Ciri-ciri
perkembangan anak usia 12 tahun
Fisik
- Energi tinggi
- Butuh banyak istirahat
- Dorongan pertumbuhan, tanda pubertas
- Makan itu sangat dipentingkan (snack pagi di sekolah)
- Pendidikan jasmani sangat dibutuhkan
Sosial
- Mulai tampak kepribadian orang dewasa
- Dapat memberikan alasan yang lebih masuk akal
- Antusias dan tidak malu-malu
- Berinisiatif untuk kegiatannya sendiri
- Empati
- Peduli pada dirinya dan sangat pengertian
- Dapat membuat tujuan yang nyata dalam waktu singkat
- Muncul rasa aman terhadap dirinya
- Teman sebaya lebih pentig dari pada guru
Bahasa
- Muncul kekasaran (sarkasme)
- Memiliki makna ganda, bermain kata-kata, bercanda sesuai kemampuan mereka
- Asyik ngobrol dengan orang dewasa atau teman sebaya
- Bahasa “gaul”
Kognisi
- Kemampuan memahami hal yang abstrak meningkat
- Muncul kemampuan pada ketrampilan / area tertentu
- Dapat dan akan melihat dua sisi dari sebuah argumen
- Sangat tertarik pada hal-hal baru politik, keadilan sosial
- Meneiliti dan mempelajari ketrampilan sebelumnnya dengan meningkatkan disiplin pengorganisasian.
B. Masalah
Perkembangan Psikolgi Anak Usia Sekolah Dasar
Perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar
memang merupakan sebuah hal yang sangat disorot. Pada masa ini, anak akan
mendapatkan beragam masalah karena ia baru saja mengenal dunia baru, yaitu
dunia sekolah. Anak akan berinteraksi dengan lebih banyak orang yang bisa
memajukan atau bahkan memberikan pengaruh negative terhadap perkembangan
psikologinya. Berikut adalah beberapa masalah perkembangan psikologi anak usia
sekolah dasar yang mungkin saja terjadi.
Hiperaktif
Ini merupakan sebuah gangguan psikologi anak yang
cukup sering terjadi. Seorang anak akan mendapatkan sebuah gangguan perilaku
dimana mereka cenderung bergerak aktif bahkan super aktif di dalam rumah atau
di lingkungan permainan bersama dengan teman-temannya. Anak-anak yang
hiperaktif bisa membahayakan teman-temannya akibat perilaku yang terjadi secara
spontan dan tanpa pikir panjang. Oleh karena itu, seorang anak dengan masalah
psikologi hiperaktif memerlukan penanganan yang begitu cepat.
Sulit berkonsentrasi
Apakah anda pernah menemukan anak yang sulit
berkonsentrasi? Tentu saja begitu banyak. Anak dengan konsentrasi yang buruk
bisa membuatnya kesulitan apabila harus belajar dalam waktu lama dan mengerti
mengenai beberapa materi pembelajaran. Mereka cenderung mudah terpengaruh
terhadap hal yang ada di sekitarnya sehingga tidak mampu berkonsentrasi secara
maksimal.
Pemurung dan penyendiri
Ketika kita telah membahas mengenai anak-anak
yang ceria bahkan hiperaktif, ada pula anak yang berperilaku sebaliknya. Mereka
sangat sulit bergaul dan cenderung merasa malu dengan keadaan mereka sendiri.
Anak-anak seperti ini juga tidak boleh dibiarkan berlarut karena jiwa sosial
mereka tidak bisa berkembang jika selalu dibiarkan.
Masalah bicara
Seorang anak yang mempunyai masalah bicara juga
banyak terjadi. Rata-rata mereka mempunyai masalah mengenai artikulasi dimana
pembicaraan yang mereka lakukan kurang jelas dan sulit diterima oleh lawan
bicara. Salah satu cara terbaik yang bisa dilakukan untuk memecahkan masalah
ini adalah dengan terapi bicara. Seorang anak akan diajarkan bagaimana cara
berbicara dengan konsep yang pelan, lambat, namun jelas.
B. Teori
–teori tentang hakikat perkembangan peserta didik
a. Teori Psikodinamika
Menurut
teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, tingkah laku manusia menupakan hasil
tenaga yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering tanpa disadari oleh
individu. Menurut pandangan ini tingkah laku manusia lebih ditentukan dan
dikontro oleh kekuatan psikologis, naluri-naluri irrasional (terutama naluri
menyerang dan naluri seks). Freud membedakan kepribadian manusia atas
tiga unit mental atau struktrur psikis, yaitu:
- Id merupakan aspek biologis kepribadian karena berisikan unsur-unsur biologis termasuk di dalamnya dorongan-dorongan dan impuls-impuls instingtif yang lebih dasar (lapar, haus, seks, dan agresi)
- Ego merupakan aspek psikologis kepribadian karena timbul dari kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia nyata dan menjadi perantara antara kebutuhan instingtif orgnisme dengan keadaan lingkungan.
- Superego merupakan aspek sosiologis kepribadian karena merupakan wakil nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat sebagaiman yang ditasfsirkan orang tua kepada anak-anaknya melalui berbagai perintah dan larangan. Perhatian utama superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar apa salah sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh masyarakat.
b. Teori Behavioristik
Menurut
teori behavioristik manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol oleh faktor-faktor yang berasal dari luar, faktor lingkungan
inilah yang menjadi penentu terpenting dari tingkah laku manusia. Menurut teori
ini, orang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah
mempelajarinya melalui penaglaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah
laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Tokoh teori ini adalah John B. Watson, dan
Skinner.
c. Teori Humanistik
Tokoh teori
ini adalah Carl Rogers dan Abraham Maslow, yang meyakini bahwa tingakh laku manusia
tidak dapat dijelaskan sabagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari
maupun sebagai hasil pengkondisian (conditioning) yang sederhana. Teori ini
menyiratkan penolakan pendapat bahwa tingkah laku menusia ditentukan oleh
faktor di luar dirinya. Sebaliknya teori ini melihat manusia sebagao aktor
dalam drama kehidupan bukan reaktor terhadap insting atau tekanan
lingkungan.
d. Teori Psikologi Transpersonal
Teori ini
merupakan kelanjutan dari atau lebih tepatnya pengembangan dari psikologi humanistik.
Psikologi ini menunjukkan bahwa di luar alam kesadaran biasa terdapat ragam
dimensi lain yang luar biasa potensialnya serta mengajarkan prakterk-praktek
untuk mengantarkan manusia pada kesadaran spiritual, di atas id, ego, dan
superegonya Freud.
e. Teori Nativisme
Nativisme merupakan kata dasar dari bahasa Latin, “natus”
yang artinya lahir atau “nativus” yang mempunyai arti kelahiran
(pembawaan).
ini mengemukakan bahwa perkembangan
manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak
lahir (faktor pembawaan) baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek
moyangnya maupun karena memang ditakdirkan demikian.
Pembawaan itulah yang menentukan hasil
perkembangannya. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu kelak.
Begitu pula sebaliknya, andaikata anak itu berpembawaan buruk, buruk pula pada
masa pendewasaannya.
Potensi-potensi yang dimiliki seseorang adalah potensi
hereditas (bawaan) bukan potensi pendidikan. Pendidikan dan sama sekali tidak
berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Teori ini juga termasuk dalam
filsafat idealisme yang mengemukakan bahwa perkembangan seorang hanya
ditentukan oleh keturunan yaitu faktor alam yang bersifat kodrati.
Menurut nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah
sifat-sifat pembawaan. Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh sama sekali
dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak. Dalam ilmu pendidikan teori
nativisme ini dikenal sebagai pandangan pesemisme paedagogis. Teori ini disebut
pula dengan Biologisme, karena mementingkan kehidupan individu saja, tanpa
memperhatikan pengaruh-pengaruh dari luar. Perkembangan individu sangat
dipengaruhi oleh:
a. Faktor genetik
(keturunan)
b. Faktor Kemampuan
(bakat)
c. Faktor Pertumbuhan
f. Teori Empirisme
teori ini mengemukakan bahwa manusia dilahirkan
seperti kertas kosong (putih) yang belum ditulis (teori tabularasa). Jadi sejak
dilahirkan anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa dan anak
dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini kekuatan apa pada pendidik, pendidikan
dan lingkungannya yang berkuasa atas pembentukan anak.
Teori empirisme ini merupakan kebalikan dari teori
nativisme karena menganggap bahwa potensi atau pembawaan yang dimiliki
seseorang itu sama sekali tidak ada pengaruhnya dalam upaya pendidikan.
Semuanya ditentukan oleh faktor lingkungan yaitu pendidikan. Teori ini disebut
juga dengan Sosiologisme, karena sepenuhnya mementingkan atau menekankan
pengaruh dari luar. Dalam ilmu pendidikan teori ini dikenal sebagai pandangan
optimisme paedagogis.
Teori
Konvergensi
Teori ini pada intinya merupakan perpaduan antara
pandangan nativisme dan empirisme, yang keduanya dipandang sangat berat
sebelah. Tokoh utama teori konvergensi adalah Louis William Stern (1871-1938),
seorang filosof sekaligus sebagai psikolog Jerman.
Teori ini menggabungkan arti penting hereditas
(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor
pengalaman (lingkungan). Demikian pula sebaliknya, faktor pengalaman tanpa
faktor pembawaan tidak akan mampu mengembangkan manusia yang sesuai dengan
harapan.
Perkembangan yang sehat akan berkembang jika kombinsai
dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensialitas kodrati
seseorang bisa mendorong berfungsinya segenap kemampuannya. Dan kondisi sosial
menjadi sangat tidak sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan
melumpuhkan potensi psiko-fisiknya.
Dengan demikian, keadaan ini dapat dinyatakan bahwa
faktor pembawaan maupun pengaruh lingkungan yang berdiri sendiri tidak dapat
menentukan secara mutlak dan bukan satu-satunya faktor yang menentukan pribadi
atau struktur kejiwaan seseorang.
C. Perbedaan Individual Peserta Didik
1.
Perbedaan Fisik Motorik
Kecakapan motorik atau
kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja
syaraf motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat (otak) untuk melakukan
kegiatan. Kegiatan ini terjadi karena kegiatan kerja syaraf yang sistematis.
Alat indra menerima rangsangan, rangsangan tersebut diteruskan melalui syaraf
sensoris ke syaraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa oleh syaraf
motorik untuk memberikan reaksi dalam
bentuk gerakan- gerakan atau kegiatan. Dengan demikian ketepatan kerja
jaringan syaraf akan menghasilkan suatu bentuk kegiatan yang tepat
(sesuai antara rangsangan dan responnya). Kerja ini akan menggambarkan tingkat
kecakapan motorik.
Syaraf pusat (otak)
yang melaksanakan fungsi sentral dalam proses berfikir merupakan faktor penting
dalam koordinasi kecakapan motorik. Ketidaktepatan dalam pembentukan persepsi
dan penyampaian perintah akan menyebabkan kekeliruan respon atau kegiatan yang
kurang sesuai dengan tujuan.
Bertambahnya umur
seseorang mengindikasikan adanya kematangan. Hal ini akan menunjukkan kemampuan
yang lebih baik dalam berbagai hal, seperti kekuatan untuk mempertahankan
perhatian, koordinasi otot, kecepatan berpenampilan, keajegan untuk
mengontrol, dan resisten terhadap kelelahan. Sehingga semakin bertambahnya
usia seseorang akan menunjukkan kecakapan motorik yang makin tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa
kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan fisik dan tingkat kemampuan
berfikir. Karena kematangan fisik dan kemampuan berfikir setiap individu
berbeda sehingga kecakapan motorik setiap individu akan berbeda pula.
2.
Perbedaan inteligensi
Inteligensi adalah salah satu kemampuan mental pikiran
atau intelektual dan merupakan bagian dari proses-proses kognitif pada
tingkatan yang lebih tinggi.Secara umum inteligensi dapat dipahami sebagai
kemampuan untuk beadaptasi dengan situasi yang baru secara cepat dan efektif,
kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan
untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
Dalam proses pendidikan di sekolah, inteligensi
diyakini sebagai unusr penting yang sangat menentukan keberhasilan belajar
peserta didik. Namun inteligensi merupakan salah satu asek perbedaan individual
yang perlu dicermati.Setiap peserta didik memiliki inteligensi yang
berlainan.Ada anak yang memiliki inteligensi tinggi, sedang dan rendah. Untuk
mengetahui tinggi rendahnya inteigensi peserta didik, para ahli telah
mengembangkan instrumen yang dikenal dengan “tes inteligensi”, yang kemudian
lebih popular dengan istilah intelligence quotient, disingkat IQ. Berdasarkan
hasil tesi inteligensi ini, peserta didik dapat diklasfikasikan sebagai :
Anak Genius
|
IQ di atas 140
|
Anak Pintar
|
110-140
|
Anak normal
|
90-110
|
Anak Kurang Pintar
|
70-90
|
Anak Debil
|
50-70
|
Anak Dungu
|
30-50
|
Anak Idiot
|
IQ di bawah 30
|
3.
Perbedaan Kecakapan Bahasa
Bahasa
adalah salah satu kemampuan individu yang penting sekali dalam kehidupannya.
Kemampuam berbahasa merupakan kemampuan individu untuk menyatakan buah
pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang bermakna, logis, dan
sistematis. Kemampuan berbahasa setiap individu berbeda. Kemampuan ini sangat
dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan termasuk faktor fisik
(organ untuk bicara).
4. Perbedaan
Psikologis
Perbedaan individual peserta didik juga terlihat dari
aspek psikologisnya. Ada anak yang mudah tersenyum, ada anak yang mudah marah,
ada anak yang berjiwa social, ada yang sangat egositis, ada yang cengeng, ada
yang bermalas, ada yang rajin, ada yang pemurung, dan sebagainya.
Dalam proses pendidikan di sekolah, perbedaan apek sikologis
ini sering menjadi persoalan, terutama aspek psikologis yang menyangkut masalah
minat, motivasi dan perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran yang
disajikan guru. Dalam penyajian suatu materi pelajaran guru sering menghadapi
kenyataan betapa tidak semua peserta didik yang mampu menerapkanya dengan baik.
Realitas ini mungkin disebabkan oleh cara penyampaian guru yang kurang tepat
atau menarik, dan mungkin pula disebabkan oleh faktor psikologis peserta didik
kurang memperhatikan. Secara fisik mungkin terllihat bahwa perhatian peserta
didik terarah pada pembicaraan guru.Namun secara psikologis, pandangan mata
atau kondisi tubuh mereka yang terlihat duduk dengan rapi dan tenang belum
dapat dipastikan bahwa mereka memperhatikan semua penjelasan guru. Bisa saja
pandangan mata anak hanya terarah pada gerak, sikap dan gaya megajar guru,
tetapi alam pikiranya terarah pada masalah lain yang lebih menarik minat dan
perhatiannya
D. Periodesasi perkembangan anak
1. PERIODESASI
PERKEMBANGAN BERDASARKAN KONSEP DIDAKTIF
Dasar yang
digunakan untuk menentukan pembagian fase-fase perkembangan adalah materi dan cara
bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu.Pembagian
seperti ini antara lain diberikan oleh Johan Amos Comenius,seorang ahli didik
di Moravia.Ia membagi fase-fase
perkembangn berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan
tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya disekolah.Pembagian fase
perkembangan tersebut adalah:
(1)
0-6 tahun
=sekolah ibu,merupakan masa mengembangkan alat-alat indra dan memperoleh
pengetahuan dasar dibawah asuhan ibunya di lingkungan rumah tangga.
(2)
6-12
tahun=sekolah bahasa ibu,merupakan masa anak mengembangkan daya ingatannya
dibawah pendidikan sekolah rendah,Pada masa ini ,mulai diajarkan bahsa ibu(Vernacula).
(3)
12-18
tahun=sekolah bahasa latin,merupakan masa mengembangkan gaya pikiran dbwah
pendidikan sekolah menengah(gymnasium).Pada
masa ini mulai diajarkan bahasa latin sebagai bahasa asing.
(4)
18-24 tahun=
sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan kemauannya dan
memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di bawah perguruan tinggi.
2. PERIODESASI PERKEMBANGAN BERDASARKAN CIRI-CIRI PSIKOLOGIS
Periodesasi ini didasarkan atas cirri-ciri kejiwaan yang
menonjol , yang menandai masa dalam periode tersebut.Periodesasi ini
dikemukakan oleh ahli, diantaranya Oswald
Kroch
Ciri-ciri psikologis yang digunakan
Oswald Kroch,yang dipandang terdapat pada anak-anak umunya adalah pengalaman
keguncangan jiwa yang dimanifestasikan
dalam bentuk sifat trotz atau sifat keras kepala. Atas dasar ini, ia
membagi fase perkembangan mnjadi 3, yaitu :
(1)
Fase anak
awal: umur 0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi trotz pertama yang di tandai
dengan anak serba membantah atau menentang orang lain. Hal ini disebabkan mulai
timbulnya kesadaran akan kemampuannya akan berkemauan sehingga ia ingin menguji
kemauannya itu.
(2)
Fase
keserasian sekolah : umur 3-13 tahun. Pada akhir masa ini timbul sifat trotz
kedua, diman anak mulai serba membantah lagi, suka menentang kepada orang lain,
terutama pada orang tuanya. Gejala ini sebenarnyamerupakan gejala yang biassa ,
sebagai akibat kesadaran fisiknya, sifat berfikir yang dirasa lebih maju dari
pada orang lain, keyakinannya yang dianggapnya benar dan sebagainya tetapi yang
dirasakan sebagai keguncangan.
(3)
Fase
kematangan;umur 13-21 tahun,yaitu mulai setelah berakhirnya gejala gejala trotz
kedu.Anak mulai menadari kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihannya ,yang
dihadapi dengan sikap yang sewajarnya.Ia mulai dapat menghargai pendapat orang
lain,dapat
memberikan toleransi terhadap keyakinan orang
lain,karena menyadari bahwa orang
lainpun mempunya hak yang sama masa inilah yang merupakan masa bangkitnya atau
terbentuknya kepribadian menuju
kemantapan.
sumber : Hosnan. 2016. psikologi perkembangan peserta didik. Bogor. Ghalia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar